Memasuki umur 20 tahunan, dimana masa-masa kesibukan remaja yang semakin memuncak. Terlebih, hidup di masa remaja sekarang terbilang sebagai suatu hal yang cukup rumit. Dimana mereka harus dihadapkan dan terpaksa menyesuaikan diri dengan pola keadaan baru setelah dilandanya pandemik Covid-19.Â
Fase remaja dan bertambahnya usia yang berbanding lurus dengan intrik kehidupan remaja, yang mana diyakini memiliki fisik kuat nan sehat. Namun, kondisi tersebut sekarang justru malah berbalik dengan kenyataan kondisi remaja sekarang.
Umumnya, penamaan jompo identik dengan orang tua atau lansia yang sudah berumur, namun belakangan ini istilah tersebut terasa melekat dan merajalela pada remaja. Julukan "Jompo" sudah tidak asing lagi didengar bahkan diperbincangkan oleh banyak orang, terkhususnya mereka para remaja.Â
Lucunya, tak jarang juga remaja sekarang yang menggeborkan tagline "lansia berkedok remaja". Bukan tanpa alasan, julukan menggelitik tersebut ditujukan pada mereka remaja dengan kondisi fisik seperti lansia yang mudah Lelah, letih, pegal-pegal, bahkan malas dan tak bisa rasanya jauh dari minyak-minyakan dan perkoyoan.Â
Hal tersebut seakan ramai dijadikan sebagai bahan candaan publik, yang relate dengan kondisi fisik remaja sekarang. Bahkan, julukan tersebut pernah menduduki rating tertinggi pada dunia pertiktokan, yang kemudian diserbu banyak komentar-komentar afirmasi dari para remaja lainnya yang turut merasakan fenomena tersebut.
Lantas, apa sih yang menyebabkan terjadinya fenomena remaja jompo? Berikut penjelasannya, yuk simak baik-baik
1. Malas berolah raga atau kurang aktivitas fisik
Munculnya julukan "remaja jompo" kian ramai pada masa pandemic covid-19, dimana keadaan tersebut mengharuskan setiap orang untuk melakukan segala aktivitas fisiknya dari rumah. Mulai dari bersekolah, ibadah, dan bekerja. Hal tersebut memicu berkurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh para remaja.
Hal tersebut juga sejalan dengan kegiatan berolah raga para remaja. Setelah melakukan diskusi dan perbincangan ringan dengan beberapa remaja, kebanyakan mereka mengatakan bahwa pada masa pandemik, aktivitas yang dilakukan didepan komputer lebih banyak, mulai dari duo bahkan tripel meet atau zoom baik untuk rapat organisasi atau mengerjakan tugas hingga larut malam.Â
Tambahan kesibukan tersebut mengharuskan remaja untuk duduk menghadap laptop atau gadgetnya sepanjang waktu, hingga tidak ada waktu untuk berolah raga.
2. Merokok dan beralkohol
Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2021, prevelansi jumlah perokok di Indonesia mencapai 33,8% atau sekitar 66,7 juta dari penduduk di Indonesia, dimana dari jumlah keseluruhan tersebut, 9,98% nya merupakan perokok berumur 15-19 tahun.Â
Masa remaja merupakan masa perubahan, baik fisik, emosi, atau pola perilaku. Dimana Ia mulai meninggalkan perubahan tingkah laku kekanak-kanankan menuju pada kemampuan berperilaku secara dewasa. Salah satu perubahan tingkah laku pada remaja tersebut yaitu merokok dan beralkohol.Â
Perilaku merokok dan beralkohol dapat dijadikan sebagai salah satu penyebab "kejompoan" pada remaja, dimana hal tersebut terjadi karena dampak yang diberikan bagi para perokok dan pada remaja yang suka meminum alkohol tidak baik untuk kesehatannya.Â
Dikutip dari kompas.com, remaja yang merokok dan beralkohol dapat menyebabkan gangguan fungsi otak, fungsi paru-paru, serta gangguan psikologis seperti mudah cemas dan sulit tidur.
3. Terlalu lama berhadapan dengan gadget
Coba deh ngaku, berapa lama kalian berhadapan dengan gadget dalam seharinya? 8 jam? 12? Atau setiap menit pegang gadget? Budaya bermain gadget sudah tidak dapat dielakkan lagi, dimana kehadiran gadget dirasa mampu membersamai kehidupan remaja masa kini.Â
Terlalu banyak bermain dengan gadget merupakan salah satu resiko remaja dapat mengalami "kejompoan" lohh, hal itu terjadi karena terlalu seering bermain gadget dapat menyebabkan mata kering bahkan rabun, selain itu cenderung orang yang bermain gadget akan stay pada posisi bermainnya, seperti duduk atau rebahan, dimana hal tersebut dapat mengurangi gerak remaja, pegal-pegal serta gangguan tulang belakang karena terlalu lama serta posisi duduk yang tidak sempurna. Â Â
4. Gangguan Kesehatan mental
Isu mental health kian marak digaungkan. Dimana gangguan kesehatan mental dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari lingkungan, biologis, genetik, agama, dan psikologis.Â
Terlebih, semakin berkembangnya media sosial yang ketika tidak dimanfaatkan dengan bijak dapat mengganggu kesehatan mental remaja. Mereka cenderung merasa cemas, iri, atau fomo yaitu mengikuti era trend perkembangan sekarang.
Problematika kehidupan sosial lainnya juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada remaja, seperti hubungan kerja, pertemanan, akademis, atau prestasi.Â
Dilansir dari Kompas.com, tekanan-tekanan tersebut dapat menjadi stress ringan bagi remaja, namun jika dibiarkan terlalu lama dapat berkembang menjadi depresi.
Pada remaja yang sress ringan, banyak dari mereka yang mengalami pusing atau pening pada kepalanya, sehingga tak sedikit pula dari mereka yang selalu siap sedia perminyakan, seperti minyak kayu putih, fresscare atau jenis lainnya, selain untuk merasakan kehangatan, bau yang ditimbulkan juga dapat merileksan.
5. Makan semena-mena dan tidak teraturÂ
Pola hidup yang kurang baik, akan mempengaruhi kondisi kesehatan remaja. Tak jarang dari mereka yang menyukai berbagai makanan pedas, yang menyiksa lambung, atau tak sabar memakan mentah-mentah hidangan yang masih panas.
 Terlebih, kesibukan yang mereka miliki, menghadapi hari-hari yang sangat padat dan sibuk terkadang membuat mereka kesulitan untuk mengatur pola makan, sehingga mengabaikannya atau memundurkan jam makan.
Saya berdiskusi dengan 10 remaja mengenai pola makan yang mereka miliki. Dari hasil diskusi, terdapat hal yang tidak dapat diwajarkan yaitu setengah diantaranya melakukan pola diet yang kurang sesuai, yaitu dengan mengurangi porsi dan jumlah makan. Wajarnya, makan adalah 3 kali sehari, namun beberapa diantara mereka hanya melakukannya 1-2 kali saja sehari dengan porsi makan yang sedikit.
Lalu, bukan aneh rasanya remaja sekarang yang doyan nyemil, sambil menonton film, hingga kalap sudah menghabiskan satu toples camilan pedas nan gurihnya.Â
Dikutip dari diabetes.co.uk, Pola perilaku semena-mena dalam memilih makanan dan pola makan yang tidak teratur jika terus dipelihara, dapat menyebabkan resiko kesehatan seperti magh, asam lambung, obesitas, atau bahkan diabetes tipe 2.
Nahh, gimana nih? Kira-kira kalian masuk kedalam remaja jompo atau tidak? Untuk kalian para remaja yang sudah merasakan gejala-gejala "kejompoan tersebut" yuk mulai memperbaiki dan menjaga kesehatan tubuh. Bisa dengan berolah raga, minum air putih 8gelas sehari, perbanyak aktivitas namun tetap harus tau porsi kapasitas tubuh masing-masing yaa, kurangi pula rebahannya.
Eitss, jangan lupa juga untuk meminum vitamin, serta memakan-makanan yang sehat dan menjaga pola makan agar tetap teratur. Lenyapkan julukan remaja jompo dan mari mulai mengangkat definisi baru, yaitu remaja yang kuat, sehat, dan penuh semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H