SDGs atau Suistainable Development Goals sepertinya sudah tidak asing bagi telinga para intelektual, termasuk mahasiswa. Rancangan mengenai perjanjian pembangunan berkelanjutan dengan tujuan memenuhi hajat generasi sekarang dan generasi selanjutnya yang berlandasakan kesetaraan bagi hak asasi manusia memiliki prinsip universal dengan istilah No One Left Behind yang berarti maju bersama tanpa ada yang tertinggal. Tujuan Mahasiswa sebagai agent of change mempunyai kesadaran dan peduli akan kehidupan yang lebih baik bagi segenap manusia di muka bumi ini.Â
IstilahMengapa mahasiswa? Karena mahasiswalah generasi penerus bangsa yang memang sengaja dibekali akan ilmu-ilmu yang nantinya akan menuntun mahasiswa agar bisa membuat perubahan yang signifikan untuk dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengesahkan agenda yang termuat dalam SGDs pada tanggal 25 September 2015 dengan mengangkat tema "Mengubah Dunia Kita: Agenda 2030 untuk Suistainable Development".
 Ada 17 tujuan yang mencakup masalah sosial dan pembangunan berkelanjutan yang dirumuskan PBB dalam SDGs, namun pada esai ini akan lebih terkonsentrasi pada tujuan yang ke-empat, yaitu Quality Education atau dalam arti bahasa Indonesia adalah kualitas pendidikan. Tujuan ini dimuat dalam rangka untuk memberikan fasilitas Pendidikan yang berkualitas untuk semua anak di dunia karena mereka semua sama-sama memiliki hak untuk mendapatkan Pendidikan formal atau nonformal yang layak.Â
Dalam hal ini peran mahasiswa jelas sangat dibutuhkan. Karena dalam segi kesempatan, mahasiswa sudah lebih dulu dapat menerima Privillege untuk mengenyam Pendidikan setinggi mungkin.Â
Oleh sebab itu diharapkan mahasiswa memiliki perasaan batin yang terikat dan empati akan anak-anak yang belum memiliki kesempatan untuk merasakan bangku Pendidikan yang layak.
Kondisi dan permasalahan pendidikan di Indonesia
Dewasa ini banyak sekali terdengar berita pencapaian anak negeri baik dalam lingkup akademik maupun non-akademik, tingkat nasional maupun internasional. Hal tersebut tentu saja menjadi kebanggaan Indonesia karena dapat membawa harum nama bangsa ke kancah internasional. Tetapi sangat disayangkan tidak semua anak dapat merasakan indahnya dunia pendidikan. Mereka bahkan tidak memiliki kesempatan untuk mencicipi bangku sekolah dasar dengan selayaknya.
Dalam Program for International Students Assessment (PISA) pada tahun 2018 Indonesia hanya menempati peringkat 73 dari 80 negara. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia tidak merata. Sedih sekali jika mengingat perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan Indonesia dari para penjajah.
Mereka bersusah payah dalam menyetarakan segala aspek untuk semua rakyat Indonesia, termasuk pendidikan. Tetapi nyatanya ketimpanganlah yang terjadi. Ternyata memang benar mendapatkan sesuatu itu sulit, mempertahankannya jauh lebih sulit. Â
Dibalik rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ada faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Seperti sarana pra-sarana yang tidak memadai pada bangunan sekolah yang ada di desa. Ketimpangan antara sarana pendidikan desa dan kota bisa dilihat sangat jelas. Bangunan sekolah yang hampir roboh, hanya memiliki satu kelas yang dipakai bersama, dan masih ada sekolah yang hanya beralaskan tanah untuk lantainya.Â
Di pelosok negeri bahkan ada anak yang rela menyebrangi sungai dengan jembatan yang tidak layak pakai demi mendapatkan ilmu dengan pergi ke sekolah. Hal tersebut menunjukkan semangat anak negeri masih tinggi untuk mengenyam pendidikan walaupun fasilitas yang mereka dapatkan tidak sebanding.
Selain itu, faktor yang tidak kalah krusial adalah mengenai tenaga pendidik. Berbicara tentang tenaga pendidik di Indonesia mungkin akan banyak sekali cabangnya.Â
Mulai dari tenaga pendidik yang kurang berkompeten pada beberapa daerah tertentu, jumlahnya yang sedikit, banyaknya guru honorer, tidak tersebar secara merata, lalai akan tugas, dan masih banyak yang lainnya.Â
Tingkat profesionalistas tenaga pengajar akan berpengaruh langsung kepada anak didiknya. Karena dari tenaga pendidiklah anak-anak akan mendapatkan sumber ilmu, mereka akan menjadikan tenaga pendidik tersebut sebagai role model mereka.Â
Oleh karena itu bukan sembarang orang dapat menjadi tenaga pendidik yang berkualitas. Selain itu, jumlah tenaga pendidik yang sedikit juga menjadi hal yang serius. Di daerah pelosok negeri banyak sekali daerah yang kekurangan guru.
Peran nyata mahasiswa dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan implikasinya terhadap bangsa Indonesia
Menanggapi permasalahan mengenai kualitas pendidikan di Indonesia, ada banyak solusi yang bisa dijabarkan. Terutama jika subjeknya adalah mahasiswa. Mahasiswa bukan lagi seperti anak sekolahan yang kewajibannya hanya belajar, tetapi mahasiswa adalah sumber harapan semua orang akan keberlangsungan masa depan Indonesia.Â
Mahasiswa sudah memiliki focus pada bidang tertentu sehingga memiliki ilmu lebih yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan kata lain dengan SDM yang berkualitas juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Terutama dalam mewujudkan tujuan dalam SDGs demi menyejajarkan posisi Indonesia dengan negara-negara maju lainnya.
Ada beberapa peran yang dapat dilakukan mahasiswa dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan. Pertama mahasiswa dapat turun langsung ke lapangan. Maksudnya adalah dengan ikut mengabdikan diri untuk masyarakat di lingkup pendidikan. Contoh kecilnya adalah dengan membantu anak-anak sekitar yang belum memiliki kesempatan untuk bersekolah. Tidak harus secara formal namun hal tersebut sangat berarti bagi mereka. Selain itu juga bisa dengan membuat suatu komunitas pengajar sesama mahasiswa yang akan mengajar anak-anak yang belum beruntung di daerah-daerah pelosok.
Cara yang kedua adalah memanfaatkan dengan baik program pemerintah seperti program kampus mengajar. Dengan demikian mahasiswa dapat memberikan kontribusi yang nyata di dalam lembaga formal seperti sekolah yang dimana memiliki cakupan yang lebih besar. Dalam program ini mahasiswa juga dapat menyalurkan ide terhadap gaya-gaya belajar yang efektif dan efisien tetapi tidak membosankan bagi anak.Â
Selain itu ketika kuliah kerja nyata (KKN) atau magang mahasiswa juga dapat mengambil peran dalam masyarakat. Ikutilah program tersebut dengan sepenuh hati sehingga bisa memberikan kontribusi yang berarti terhadap pendidikan masyarakat. Seperti penelitian yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengenai kegiatan KKN ternyata memang benar memberikan pengaruh terhadap pendidikan anak-anak yang tidak memiliki tenaga pengajar yang cukup.
Cara yang ketiga adalah mahasiswa dapat mengambil peran dalam lingkup pemerintah ketika sudah lulus nanti dengan tujuan dapat memperbaiki sistem agar dapat berjalan lebih baik lagi. Selain itu juga dapat memberikan ide-ide brilian yang sudah didapatkan selama berkuliah dan langsung disampaikan kepada pihak berwenang agar langsung ditindak lanjuti. Terlepas dengan itu, selagi masih berkuliah mahasiswa haruslah melakukannya dengan giat dan sepenuh hati.
Agar ilmu yang didapatkan lebih maksimal dan dapat direalisasikan dengan tujuan agar bisa membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga Indonesia dapat berdiri sejajar dengan negara-negara maju lainnya.
Dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia khususnya mahasiswa, maka besar kemungkinan kualitas pendidikan di Indonesia juga meningkat. Semua itu dapat terwujud karena kontribusi dan peran mahasiswa terhadap masyarakat terutama dalam bidang pendidikan, Tingginya kualitas pendidikan di Indonesia dapat membantu mewujudkan tujuan ke-empat SDGs, yaitu Quality Education yang dimana dapat mengantarkan Indonesia agar memiliki kedudukan yang sejajar dengan negara-negara maju lainnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI