Mohon tunggu...
Elsa Mutiara
Elsa Mutiara Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

IUP of Public Health 2018 UNNES | TOP 10 Duta Baca Kota Tangerang | Layouter UNNES Journal of Public Health

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Termometer Gun Diperiksa pada Dahi? Seberapa Berbahaya?

21 Juli 2020   19:06 Diperbarui: 22 Juli 2020   11:00 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemeriksaan suhu menggunakan termometer gun (sumber foto : extra.ie)

Ditengah pandemi COVID-19 ini, publik dihebohkan dengan beredarnya informasi yang menyatakan radiasi dari termometer gun dapat merusak otak manusia.

Seperti yang kita tahu, termometer gun atau thermo gun merupakan alat untuk mengukur suhu tubuh secara mudah dan praktis karena hanya diarahkan pada daerah dahi atau pelipis. 

Semenjak pandemi COVID-19 muncul, kita sudah tidak asing menemui termometer ini disetiap pintu masuk tempat umum. Namun hal ini menjadi viral karena tersebarnya cuplikan unggahan video melalui aplikasi pesan singkat WhatsApp. Cuplikan video tersebut berisikan perbincangan antara Helmi Yahya dengan Ichsanudin Noorsy, seorang pengamat ekonomi.

Noorsy menolak untuk diperiksa suhu tubuh pada dahi dan lebih memilih diperiksa pada punggung tangannya. Ia berujar bahwa termometer itu dipakai untuk memeriksa kabel panas, bukan untuk temperatur manusia.

"Mereka jual alat, tapi kita dibodohi. Kepala kita ditembak laser, kita tidak tahu dampak pada struktur otak bagaimana. Saya tidak mau," lanjutnya dalam YouTube Helmi Yahya, Senin (20/7/2020).

Sebenarnya apakah termometer gun itu berbahaya? Mari kita telusuri lebih lanjut apa termometer gun itu.

Mengukur suhu seseorang dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satu cara untuk mengukur suhu seseorang adalah dengan menggunakan termometer inframerah non-kontak (Non-Contact Infrared Thermometers / NCITs) atau disebut juga termometer gun yang akrab kita jumpai saat ini. 

Termometer ini menggunakan inframerah untuk mengukur suhu pada area dahi dan arteri temporal di pelipis. Meski dapat memberi hasil yang cepat, termometer jenis ini belum dapat dikatakan memiliki tingkat akurasi yang setara dengan termometer digital biasa.

Berdasarkan situs www.fda.gov, terdapat beberapa manfaat mengapa termometer gun dapat dijadikan  alternatif, yaitu:

  1. Pendekatan non-kontak yang dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit diantara orang yang diperiksa;
  2. Mudah digunakan;
  3. Mudah dibersihkan dan didisinfeksi;
  4. Mengukur suhu dan menampilkan bacaan dengan cepat; dan
  5. Memberikan kemampuan untuk mendeteksi kembali suhu dengan cepat.

Lalu  dilansir dari alatuji.com, prinsip dasar termometer gun adalah bahwa semua obyek memancarkan energi inframerah. Semakin panas suatu benda, maka molekulnya semakin aktif dan semakin banyak energi inframerah yang dipancarkan.

Hal ini juga sudah ditegaskan oleh dr. Achmad Yurianto dalam konferensi pers BNPB pada 20 Juli lalu, "Akhir-akhir ini kita mendengar tentang pendapat bahwa thermal gun bisa merusak otak. 

Secara ilmiah, berbagai ahli sudah mengatakan bahwa statement ini tidak benar. Thermal gun tidak menggunakan sinar laser, tidak menggunakan sinar radio aktif semacam X-ray, hanya inframerah,".

Lalu apakah sinar yang dihasilkan dari termometer gun berbahaya merusak jaringan otak?

Sinar yang ada pada termometer non-kontak ini bukan untuk mengukur temperatur, melainkan hanya sebagai alat bantu untuk membidik area mana yang akan diukur suhunya. 

Menurut dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, termometer yang digunakan dikening pada saat mengukur suhu tubuh tersebut aman digunakan dan telah lulus uji kesehatan. Penggunaan termometer inframerah juga tidak berdampak pada sistem saraf dan retina manusia, karena termometer inframerah tidak memancarkan radiasi seperti sinar-X. 

Sedangkan termomeoter gun yang disebut untuk mengukur panas kabel bukanlah termometer medis yang biasa kita jumpai dan gunakan. Karena termometer gun ada yang dipergunakan untuk medis dan industri (biasa digunakan untuk mengukur suhu benda atau alat-alat manufaktur seperti panas air, mesin, AC, dan lain-lain yang bertujuan untuk memonitor suhu material sehingga menjaga kualitas pada saat proses manufaktur).

Kemudian yang menjadi pertanyaan besar, "Mengapa harus diukur pada dahi atau pelipis?"

Merujuk pada Jurnal Kedokteran Diponegoro Vol. 7 No. 2, termometer inframerah dapat mengukur suhu lebih akurat melalui frontalis karena pada daerah tersebut dekat dengan arteri temporalis yang letaknya dekat dengan aliran darah dari jantung sehingga dapat mengukur suhu secara inti. Sehingga bukan tanpa alasan termometer ini didesain seperti itu.

Lalu  penting bagi kita mengenali perbedaan antara termometer medis dan termometer industri walau prinsipnya sama untuk mengukur suhu. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan yaitu dalam tingkat keakuratannya. 

Untuk termometer industri biasanya dapat memiliki penyimpangan suhu yang berkisar 1,5 ° C sedangkan untuk medis dibawah 1°C. Termometer medis bisa membaca suhu pada rentang 30 ° C s/d 42 ° C sedangkan untuk industri pada rentang  -50 ° C s/d 1000 ° C bahkan lebih. 

Hal inilah yang membuat termometer industri kurang akurat jika dipakai untuk mengukur suhu tubuh. Yang membedakan termometer industri dengan medis dapat juga dilihat dari warna termometernya. Biasanya untuk medis dijual dengan variasi terbatas, umumnya putih sedangkan untuk industri memiliki variasi warna yang lebih beragam seperti warna oranye dan hitam serta sudah tertera secara jelas fungsi termometer tersebut pada kemasannya.

Sebetulnya ada 3 area tubuh yang jika diukur lebih tepat akurasinya karena tidak dipengaruhi oleh suhu luar tubuh, yaitu dubur, mulut, dan ketiak. Namun tidak mungkin jika kita menggunakan 3 area tersebut untuk  mengantisipasi gejala demam pada COVID-19 yang mengharuskan selalu dicek setiap masuk ke tempat umum, kan? Sehingga penggunaan termometer gun inilah yang dinilai paling tepat.

Terakhir, terdapat beberapa tips penggunaan termometer gun untuk mengukur suhu badan secara tepat dikutip dari Badan Standarisasi Nasional yakni:

  1. Gunakan termometer medis. Perhatikan termometer yang dipilih, dan pastikan termometer tersebut adalah termometer medis bukan industri. Termometer medis dirancang khusus untuk mengukur suhu badan dengan rentang ukur 30° C - 42° C sehingga memberikan hasil pengukuran suhu badan yang tepat. Sedangkan termometer industri punya rentang ukur suhu tubuh yang lebih tinggi sehingga akan menimbulkan kesalahan yang relatif lebih tinggi.
  2. Pakai sarung tangan. Gunakan sarung tangan ketika akan memakai termometer. Hal ini dilakukan untuk menghindari panas dari telapak tangan si pengguna termometer.
  3. Ganti baterai berkala. Semakin lama termometer daya baterai termometer akan berkurang. Hal ini akan berpengaruh pada hasil pembacaan suhu tubuh seseorang.
  4. Tempatkan termometer di depan dahi sesuai dengan jarak yang tercantum dalam buku petunjuk. Jarak ukur dari termometer ke dahi akan sangat memengaruhi hasil pembacaan. Jarak yang terlalu jauh akan menyebabkan suhu badan terdeteksi lebih rendah dari yang sebenarnya.
  5. Ulangi pengukuran. Suhu badan di atas 37,5° C menunjukkan gejala demam. Sebaliknya, suhu di bawah 35° C juga terlalu rendah bagi manusia yang sehat.

Itulah sedikit ulasan terkait termometer gun yang sempat membingungkan masyarakat luas. Bagaimana tanggapan Anda?

Referensi:

www.alatuji.com

https://www.bsn.go.id

www.fda.gov

Wartono, M., Puruhito, B., & Adrianto, A. A. (2018). KESESUAIAN TERMOMETER INFRAMERAH DENGAN TERMOMETER AIR RAKSA TERHADAP PENGUKURAN SUHU AKSILA PADA USIA DEWASA MUDA (18-22 TAHUN) (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun