Mohon tunggu...
Elsa DwiSetyo
Elsa DwiSetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sekolah Vokasi IPB University

Saya, mahasiswa dari Sekolah Vokasi IPB University, memiliki latar belakang di bidang Komunikasi Digital dan Media. Sejak menjadi seorang reporter, Saya telah memberikan kontribusi yang signifikan kepada desa dan kelurahan. Dalam perjalanannya, Saya telah menyerap berbagai materi, termasuk teori komunikasi, kode etik jurnalistik, serta pengalaman membangun acara di festival budaya. Saat ini, ia aktif sebagai event organizer. Pengalaman dan minat saya tidak hanya terbatas pada dunia akademis. Saya menemukan kegembiraan dalam mendengarkan musik, bernyanyi, dan menonton film. Topik kontennya cenderung mengarah pada cara meningkatkan diri serta berbagai aspek kepribadian. Saya menggambarkan diri sebagai individu yang emosional, namun mampu mengendalikan emosi tersebut dengan lebih memilih untuk diam agar tidak melukai perasaan orang lain. Dalam perjalanannya di bidang komunikasi dan media, Saya terus mengembangkan diri dan menginspirasi orang lain untuk berperilaku lebih positif. Kepeduliannya terhadap perasaan orang lain menjadi salah satu aspek penting dalam interaksi sosial, yang diimbangi dengan ketertarikan pada pengembangan diri dan kepribadian.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Media Sosial dan Politik: Pergeseran Paradigma Komunikasi dalam Era Digital

14 Februari 2024   19:18 Diperbarui: 14 Februari 2024   19:21 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Robit.id

            Menurut Coutts & Gruman (2005:254), dalam komunikasi yang termediasi dengan komputer, maka para peserta komunikasi akan mendapatkan kesetaraan partisipasi yang lebih luas daripada tatap muka. Pendapat tersebut memang mengacu pada aktivitas komunikasi dalam organisasi. Namun, tetap relevan apabila dibawa ke dalam konteks komunikasi politik di era media sosial saat ini.

Bagaimana Tantangan Komunikasi Politik di Era Digital Saat Ini?

            Tantangan  utama dalam menggunakan media sosial untuk berkomunikasi politik adalah penyebaran hoaks dan overload terkait informasi. Media sosial telah menjadi salah satu wadah yang memungkinkan penyebaran informasi tidak benar dengan cepat. Hal tersebut bisa mempengaruhi opini publik dan bisa juga memperumit proses komunikasi politik yang sehat.

            Dalam era digital, akses terhadap informasi tidak lagi terbatas pada media tradisional. Internet dan media sosial telah menciptakan lautan informasi yang mudah diakses oleh siapapun bahkan semua orang. Namun, tantangan yang muncul adalah keberagaman informasi yang tersedia, termasuk berita palsu dan manipulasi informasi, yang dapat membingungkan masyarakat dan memengaruhi proses pengambilan keputusan politik.

            Chavez (2012:95) menyatakan bahwa kehadiran media sosial menuntut para pelaku politik untuk beradaptasi. Namun seringkali para pelaku politik kesulitan dalam fase adaptasi ini. Mereka cenderung masih menggunakan pendekatan lama dalam berkomunikasi, termasuk mengabaikan sifat interaktif yang ada di media sosial.

            Dengan demikian, media sosial telah menciptakan tantangan baru dalam komunikasi politik. Terutama terkait dengan pemahaman orang terhadap apakah yang dikatakan oleh para politik merupakan sikap resmi atau hanya ungkapan pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa para aktor politik perlu beradaptasi dengan tuntutan media sosial.

Termasuk memahami perbedaan antara sikap resmi dan ungkapan pribadi, serta memanfaatkan media sosial secara lebih interaktif. Dalam konteks politik kontemporer, politisi harus memikirkan audiens interaktif dan kapasitas mereka. Untuk menjawab, menanggapi, mendistribusikan, dan memodifikasi pesan yang mereka terima.

Bagaimana Strategi Komunikasi Politik di Media Sosial?

            Media sosial telah menjadi platform utama di mana opini publik dibentuk dan dipengaruhi, terutama dalam hal komunikasi politik. Namun, tantangan utama dalam menggunakan media sosial untuk berkomunikasi politik adalah penyebaran hoaks dan overload informasi. Menurut Atallalannas (2023), media sosial telah menjadi wadah yang memungkinkan penyebaran informasi yang tidak benar dengan cepat.

Hal ini dapat mempengaruhi opini publik dan memperumit proses komunikasi politik yang sehat. Oleh karena itu, diperlukan strategi komunikasi politik yang efektif untuk mengatasi tantangan ini. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah verifikasi informasi, para politisi dan partai politik harus bisa memastikan bahwa informasi yang disebarkan melalui media sosial akurat dan terverifikasi.

Ini memungkinkan pemilih untuk mempercayai informasi yang mereka terima. Selain itu, politisi dan partai politik juga perlu memanfaatkan fitur-fitur media sosial yang memungkinkan interaksi langsung dengan para pemilih. Salah satu contohnya pada live streaming dan sesi tanya jawab ini memungkinkan para pemilih untuk menanyakan pertanyaan dan mendapatkan jawaban langsung dari para politisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun