Air mataku mengalir deras. Aku merasakan tangan keriput Ibu bergerak, seakan ingin mengusap kepalaku, tetapi tak berdaya. Ku genggam tangan itu semakin erat. Kuciumi sepuas hati.Â
Tak lama dokter datang dan memeriksa kondisi Ibu. Setelah itu dokter memberi isyarat kepadaku untuk berbicara di luar. Aku menganggugk dan beranjak meninggalkan Ibu sebentar.
"Ibu, aku keluar dulu sebentar, ya."Â
Tak ada jawaban memang, tetapi aku yakin Ibu mengijinkanku, karena genggaman tanganku dilepaskan Ibu. Di luar, dokter sudah menunggu dan menerangkan kondisi Ibu kepadaku.
"Anda anak Bu Sumi?" tanya dokter.
"Iya, Dok. Bagiamana kondisi Ibu saya, Dok?"Â
"Syukurlah sekarang Ibu anda sudah sadar, tetapi kondisinya masih lemah dan belum stabil. Maaf kami tidak bisa berbuat banyak untuk Ibu anda." Dokter mengusap bahuku. Dan berlalu.
Aku tercenung mendengar pernyataan dokter. Apa maksudnya? Tak mau terlalu memikirkan pernyataan dokter, aku kembali ke dalam ruang ICU. Mendengar aku datang, Ibu kembali membuka mata. DIa menatapku lama. Bibirnya seakan mau bicara tetapi sepertinya tak bisa digerakkan. Aku hanya bisa tersenyum kearah Ibu.
"Ibu jangan banyak gerak ya, istirahat saja dulu, biar Ibu cepat sembuh. Nanti kalau Ibu sudah sembuh kita akan bicara banyak, ya?!"Â
Kuusap rambut Ibu dengan lembut. Ibu hanya menjawab dengan anggukan lemah.Â
TIba-tiba tangan Ibu kembali menggapai tanganku dan menggenggam dengan erat sekali. Seolah tak mau aku pergi jauh. Nafas Ibu tiba-tiba sesak. Matanya menatap nanar langit-langit kamar. Aku jadi panik. Kupanggil Ibu berkali-kali. Aku jadi ingat perkataan dokter tadi.Â