Mohon tunggu...
Elfish Angelic
Elfish Angelic Mohon Tunggu... Supir - Suka baca yang tidak terbaca

Mari berbagi...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pemotor Gila Tewas, Kopaja Jadi Tumbal

18 September 2015   21:14 Diperbarui: 18 September 2015   21:20 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sepeda motor itu ibarat sarana mengadu nyawa, mengadu nyali dan mengadu nasib. Di kota besar sampai pelosok dusun sana, sepeda motor sudah menjadi alat bantu utama penggerak ekonomi rumah tangga. Demikian vitalnya fungsi sepeda motor (motor) di negeri ini sampai-sampai seorang pria pun akan kesulitan mendapatkan 'cewek' kalau tidak punya motor.

 

Pengendara sepeda motor (Pemotor) menyumbang sekitar 70 persen korban kecelakaan, bahkan mungkin lebih jika saja pihak terkait seperti Kepolisian serta Direktorat Lalu Lintas  Kementerian Perhubungan memiliki data terpadu yang sahih secara nasional. Saya malah ragu jika Kepolisian memiliki data pelanggaran lalu lintas yang dapat dipertanggungjawabkan.  

 

Soal pelanggaran dan kecelakaan ini, sering dan hampit setiap saat kita lihat pemotor tidak mengindahkan rambu lalu lintas. Baik siang hari apalagi jika malam telah tiba.  Tidak sedikit yang merasa berdosa jika tidak menerobos lampu lalu lintas. Seolah-olah taat pada rambu adalah dosa besar. Padahal ketidak-patuhan itu sering berujung pada kematian.

 

 

Aturan dan perundang-undangan sudah banyak dengan segala pasal di dalamnya. Petugas juga tidak sedikit memberi sanksi melalui tilang. Tapi itu semua tidak jadi beban bagi pengendara sebab semua ada waktu dan tempatnya. 

 

Polisi dan pemerasan

Ada saat dimana pemotor mendapat toleransi permisif dari kita dan petugas. Misalnya ketika para pemotor melawan arus sesuka hati mereka. Padahal aksi melawan arus sangat mengganggu dan lebih sering membawa celaka bagi pengguna jalan yang lain.

 

 

Anehnya, pihak Kepolisian (pada kasus tertentu) ternyata lebih banyak membela pemotor jika terjadi kecelakaan. Contohnya jika terjadi kecelakaan antara mobil dengan motor. Alasannya motor berada pada posisi lebih lemah dan mobil lebih pada posisi harus selalu mengalah. Maka, mobil harus kalah, apapun alasannya meski yang salah dan ceroboh adalah pemotor.

 

Aksi pembelaan demi pemerasan pada pengguna mobil yang bermasalah dengan motor ini ibarat Kepolisian memberi lampu hijau terus menerus agar pemotor melanggar lalu lintas. Seenaknya di jalan raya dan tidak usah mempedulikan kendaraan lain.

 

 

Tidak heran jika kita mungkin akan kesulitan berharap dalam 30 tahun ke depan, Indonesia akan bebas pelanggat lalu lintas dari pemotor.

 

 Indonesia adalah surga bagi penerobos lampu merah, meski itu sangat fatal akibatnya. Tak hanya merugikan diri sendiri, namun juga orang lain. Banyak yang cacat bahkan meninggal dunia, dan tidak ada yang merasa rugi karenanya.

 

Jangan berharap kesadaran tertib berlalu lintas itu datang dari hati para pengendara. Jangan pula berharap Kepolisian dapat menciptakan ketertiban lalu lintas. Sebab kita sudah menciptakan kondisi dimana kita akan berdosa jika tidak melanggar aturan, apalagi sekedar rambu rambu yang tidak bisa berteriak.

 

Siapa yang bisa menjamin kalau sopir Kopaja itu bersalah kalau si pemotor ingin mengadu nyali?

Bukankah si pemotor tidak sadar jika ia sedang mengadu nyawa ketika berusaha menerobos diantara truk dan bus atau mobil lainnya?

 

Berkendara dengan aman di negeri ini masih impian kosong, sebab banyak diantara kita harus mengadu nasib dan keberuntungan agar tetap selamat dari aksi para pengendara yang tidak sadar arti ketertiban.

 

 

Polisi? Ah.... semua ada harganya!!!.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun