Pertama, pembelian aset yang dibiayai oleh uang bank sentral harus menaikkan harga aset. Jika harga aset lebih tinggi, maka akan mengurangi biaya pinjaman, mendorong konsumsi dan pengeluaran investasi yang lebih tinggi. Harga aset yang lebih tinggi juga meningkatkan kekayaan pemegang aset, yang seharusnya mendorong pengeluaran mereka. Sehingga tingkat konsumsi meningkat dan akan memenuhi target inflasi
Mengapa Bank Indonesia memilih QE ?
Alih-alih menerima usulan pemerintah RI untuk menambah jumlah uang beredar dengan mencetak uang. Bank Indonesia, memilih melakukan Quantitative Easing (QE) untuk memperluas jumlah uang beredar melalui pembelian aset atau SBN dari pasar sekuder yang dijual asing, menurunkan setoran giro wajib minimum (GWM) perbankkan guna menambah likuiditas di perbankkan.
Quantitative Easing (QE) menggeser fokus kebijakan moneter ke arah kuantitas uang serta harga uang. Dengan tingkat suku bunga yang mendekati nol, pembelian SBN harus memberikan stimulus tambahan untuk pengeluran uang secara nominal karena hal tersebut dapat membantu memenuhi target inflasi.
Dilansir dari website Bank Indonesia 2020, target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah.
Penetapan sasaran inflasi berdasarkan UU mengenai Bank Indonesia dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
Sasaran inflasi 2019-2021 ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 124/PMK.010/2017, masing-masing sebesar 3,5%, 3,0% dan 3,0%, dengan deviasi masing-masing 1%. Sasaran inflasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya ke depan sehingga tingkat inflasi dapat diturunkan pada tingkat yang rendah dan stabil.
Berdasarkan siaran pers hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia (RDG) pada tanggal 19 Mei 2020 pukul 13.30. Bank Indonesia melaporkan bahwa inflasi tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian. Inflasi IHK pada april 2020 tercatat sebesra 0,08% (mtm) lebih rendah dari bulan Maret yang tercatat sebesar 0, 10% (mtm).
Inflasi yang rendah ini diakibatkan dari dampaknya penyebaran Covid 10. Dimana kebijakan pemerintah untuk melakukan social distancing dan pysichal distancing dalam upaya memutus tali penyebaran Covid 19 secara tidak langsung menurunkan minat konsumsi masyarakat sehingga harga-harga mulai turun.
Inflasi inti menurun, dipengaruhi oleh konsistenya Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspetasi inflasi sesui dengan target dan melambatnya permintaan domestik.
Kelompok volatile food mencatat bahwa deflasi yang terjadi dipengaruhi oleh korelaasi harga di beberapa komoditas akibat melambatnya permintaan serta memadainya pasokan.