Telah kita ketahui bahwa Covid 19 telah mendatangkan ketidakpastian yang tinggi terhadap pasar terutama pasar keuangan. Dolar telah menjadi primadona saat wabah sekarang ini, semua mata uang di dunia melemah di depan dolar, termasuk rupiah yang satu minggu terakhir mengalami pelemahan.
Sepanjang pekan ini, rupiah melemah 1,86% di hadapan greenback. Mayoritas mata uang utama Asia juga terdepresiasi terhadap dolar AS, tetapi rupiah menjadi terlemah kedua, hanya lebih baik dari won Korea Selatan (Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia).
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dirilis oleh Bank Indonesia, pada 18 Februari 2020 rupiah masih berada dikisaran Rp 13.676 menguat terhadap dolar hal ini terjadi sebelum memuncaknya penyebaran Covid 19 didunia bahkan di Indonesia sendiripun belum dinyataakan terdampak penyebaran Covid 19.
Pada awal bulan Maret 2020, yakni 2 Maret 2020 setelah dinyatakan bahwa Indonesia terdampak covid 19 rupiah ditutup melemah dengan menembus angka Rp 13.000 yakni Rp 14.413 dan sempat menguat hingga 9 Maret 2020 yang berada pada kisaran Rp 14.342.
Pada tanggal 17 Maret 2020 nilai tukar rupiah di pasar spot melemah tajam dengan menembus hingga Rp 15.083 dan terus mengalami perlemahan terhadap dolar dan mata uang Asia.
Hingga pada tanggal 20 Maret 2020 rupiah terdepresiasi menembus Rp 16.273 dan terus mengalami penekanan hingga data terakhir yang terlampir pada Jisdor, 3 April 2020 rupiah masih melemah di kisaran Rp 16.464.
Pelemahan rupiah terhadap dolar tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan diberbagai negara yang mungkin terdampak penyebaran Covid 19. Penyebab terus melemahnya rupiah terhadap dolar tidak jauh-jauh dari dampak penyebaran Covid 19 yang menimbulkan ketidakpastian yang tinggi terhadap investor global.
Ketidakpastian global yang tinggi mendorong kepanikan yang menyebabkan investor melepas aset keuangan mulai dari mata uang, saham, obligasi dan lain sebagainya dan beralih pada uang tunai.
Untuk mengatasi hal ini Bank Indonesia akan terus memastikan mekanisme pasar dan likuiditas terjaga serta meningkatkan intesitas triple intervention (Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo).
Selain itu, pelemahan rupiah terhadap dolar juga akan mengakibatkan harga-harga melambung tinggi dan akan mengakibatkan barang-barang impor seperti bahan baku, barang modal, dan barang konsumsi lebih mahal serta mengakibatkan terjadinya kenaikan harga dalam negeri.
Dapat kita lihat harga-harga bawang merah, bawang putih, yang melonjak tinggi ketika rupiah melemah dihadapan dolar, hal ini juga menimbulkan kepanikan pada pelaku pasar komoditas atau yang dapat kita sebut sebagai panic buying,