Mohon tunggu...
Elnado Legowo
Elnado Legowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Kata-kata memiliki kekuatan untuk mengesankan pikiran tanpa menyempurnakan ketakutan dari kenyataan mereka. - Edgar Allan Poe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penumpang ke Kampung Rawabelis

17 Maret 2021   19:16 Diperbarui: 30 Desember 2021   21:03 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: news.detik.com

Awalnya Tejo ingin menolak, karena perasaannya yang sudah diselimuti oleh rasa takut. Akan tetapi, dia tidak ingin pulang tanpa hasil, sehingga dia terpaksa mengiyakan permintaan Dhini dan ikut masuk ke dalam rumah itu sembari membawakan tas jinjingnya - berisi kantong plastik hitam yang terikat - yang cukup berat.
 
****
 
Setibanya di dalam rumah, Dhini meminta Tejo untuk menaruh tas jinjingnya di atas meja kayu yang ada di ruang tamu dan menyuruhnya untuk menunggu di sana. Dia beralasan ingin mengambil uang dan membuatkan secangkir kopi hangat untuknya.

Kemudian Dhini masuk ke dalam ruang keluarga, sembari membawa kembali tas jinjingnya yang sudah ditaruh Tejo di atas meja. Tejo hanya mengiyakan permintaannya, meskipun dalam hati dia merasa ganjil dengan gelagat Dhini. Namun Tejo berusaha untuk tidak berburuk sangka dan menunggunya.

Seraya menunggu, dia melihat-lihat furnitur yang ada di ruang tamu yang lembab dan kotor. Hampir di semua sudut ruangan telah ditumbuhi oleh lumut. Selain itu banyak sekali hiasan batu yang berbentuk ganjil dan sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Seketika mata Tejo tertuju pada sebuah foto keluarga - bergaya era kolonial - yang berdebu, di dalam sebuah lemari hias yang terletak di tembok ruang tamu, di sisi kiri pintu masuk ke ruang keluarga. Kemudian dia mendekati dan melihat foto itu, lantas Tejo menjadi bergidik.

Semua orang yang berada di dalam foto itu berbentuk seperti humanoid. Ada yang berbentuk seperti manusia setengah reptil, ikan, serangga, dan sebagainya yang sulit dijelaskan dengan akal sehat. Yang paling mengerikan adalah foto itu terlihat asli dan tua, sehingga tidak menunjukkan hasil editan digital.

Tiba-tiba tercium aroma bau anyir darah - yang sangat menyengat - di sekitar Tejo, selayaknya di lokasi kecelakaan atau tempat penyembelihan hewan kurban. Ditambah dengan perpaduan bau sangit dan amis, sehingga membuatnya menjadi mual.

Lantas Tejo bergegas masuk ke ruang keluarga - dengan harapan dapat menemui Dhini - untuk memintai uang bayaran dan bergegas pulang. Tetapi setibanya di pintu masuk ruang keluarga, langkah Tejo terhenti dan dia melihat sebuah pemandangan - yang seharusnya tidak dia lihat - di sebuah kamar yang terletak tidak jauh dari tempatnya berada.

Tejo melihat sesosok makhluk yang berbentuk seperti humanoid sedang terbaring di atas kasur, dengan diselimuti oleh secarik kain batik cokelat. Makhluk itu memiliki mata yang besar seperti ikan, mulut yang lebar dan tak memiliki bibir, dan tidak memiliki hidung. Kepalanya botak tidak beraturan - seperti orang pengidap kanker - dengan beberapa sisa rambut tipis yang terurai panjang di kepalanya. Mukanya mengkerut sehingga menambah kesan yang menakutkan sekaligus menjijikan. Kulit makhluk itu berwarna putih kehijau-hijauan dan berlendir bagaikan kulit amfibi.

Di lantai kamar itu berserakan berbagai macam gumpalan daging bersama potongan tangan, kaki, kepala, dan organ dalam manusia. Darah berceceran di lantai ruangan itu. Arkian, banyak tumpukan kerangka manusia yang tidak utuh - berserakan di beberapa sudut ruangan - dengan di antaranya terlihat pakaian-pakaian yang diduga milik korban. Di antaranya terdapat jaket sopir ojek online, lengkap dengan logo perusahaannya.

Tidak lama kemudian, terlihat Dhini memasuki kamar itu dari pintu lain - penghubung ke dapur - yang berada di dalam kamar tersebut. Dia tidak menggunakan masker, sehingga memperlihatkan wajahnya yang memiliki mulut lebar dengan bibir yang menyatu dengan gigi tajam tidak beraturan, yang berbentuk seperti paku. Lalu dia duduk di tepi kasur dan menyodorkan sebuah mangkuk berisi potongan tubuh manusia dan daging mentah - masih berlumuran darah segar - kepada makhluk itu. Lantas makhluk itu memakannya dengan rakus bagaikan babi yang kelaparan.

Pemandangan horor itu membuat bulat hati Tejo untuk pergi dari rumah itu, tanpa mempedulikan uang bayaran. Ketika Tejo hendak berpaling, mata makhluk itu berhasil menangkapnya dan menjerit melengking dengan suara ganjil - yang kemudian - diikuti oleh jeritan Dhini dengan ekspresi yang menakutkan. Sesudah itu, terdengar rentetan suara jeritan yang serupa dari dalam rumah-rumah tetangga Dhini, seakan membalas jeritan mereka berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun