“Permisi mbak, lokasi tujuannya ke mana ya?”
“Kampung Rawabelis, mas.”
“Kampung Rawabelis?”
Terukir jelas raut kebingungan di wajah Leman setelah mendengar nama kampung itu. Sebab, sebagai sopir ojek online yang sudah setahun beroperasi di Jakarta - terutama Jakarta Timur - seharusnya dia sudah mengetahui banyak lokasi, termasuk Kampung Rawabelis. Minimal dia tahu dari teman seprofesinya. Bahkan nama kampung itu juga tidak tertera di dalam peta maupun internet.
“Maaf mbak, saya belum pernah dengar. Itu di mana ya?”
“Itu wilayah perkampungan, mas. Tempatnya memang terpencil di perbatasan dengan Jawa Barat, jadi kurang diketahui banyak orang.”
“Tapi mbak tahu arah jalannya?”
"Tahu, mas. Jalannya searah ke Cileungsi. Nanti biar saya bantu arahkan.”
Tejo hanya mengiyakan dan langsung menjalankan motornya.
****
Satu jam telah berlalu, Tejo masih mengendarai motornya - dengan mengikuti petunjuk jalan dari Dhini - hingga memasuki suasana jalan yang sudah berbeda dengan suasana jalan - pada umumnya - di Jakarta.
Banyak perumahan dan pertokoan kecil yang menghiasi pinggir jalan yang sepi dan sempit. Selain itu juga, masih terdapat beberapa lahan kosong yang ditumbuhi oleh rerumputan dan pepohonan liar. Tempat ini sangat berbeda dari suasana kota Jakarta pada umumnya - yang lebih didominasi bangunan jangkung, kafe, maupun pertokoan - seakan sudah mendekati perbatasan antara Jakarta dengan Jawa Barat.
“Di depan kiri sana ada jalan. Nanti masuk ke jalan itu ya.” ujar Dhini sambil menunjuk sebuah jalan kecil yang gelap dan terhimpit oleh pepohonan bambu yang lebat, sehingga sedikit menutupi jalan tersebut.