Setelah kami berusaha mencarikannya sekolah, maka awal tahun baru 2023, kami bertemu dengan seorang sahabat yang menunjukkan sebuah sekolah yang ada di salah satu kecamatan yang ada dikabupaten Siak. Sekolah itu adalah sekolah SLB.Â
SLB tersebut berada cukup jauh dari tempat tinggal kami. Yakni memakan waktu tempuh tiga jam perjalan mengendarai sepeda motor, barulah sampai di sekolah tersebut. Karena kami sangat ingin anak kami ini sekolah maka si Adib pun kami antarkan ke tepat itu.Â
Di SLB tersebut ada asrama juga bagi anak-anak yang tempat tinggalnya jauh dari sekolah itu. Mau tidak mau karena kami ingin anak kami sekolah maka dengan hati yang sangat berat, terpaksa kami coba meninggalkan anak kami di sana.Â
Namun kami pulang dengan bermandikan air mata. Karena yang sangat kami khawatirkan adalah bahwa anak kami belum mandiri. Dia belum bisa mandi sendiri, dia belum bisa makan sendiri, dan dia juga masih pakai pampers, ditambah pula dia belum bisa bicara.Â
Namun karena kekuatan yang diberikan oleh pemilik panti kepada kami, maka kami pun memaksakan hati untuk bersabar, walau itu sangatlah tidak bisa sebenarnya. Namun kami terus mencoba.Â
Akhirnya selama enam bulan anak kami belajar di sana. Dengan tetap kami kunjungi setiap satu Minggu sekali. Tapi hati ini tetap terenyuh setiap kali menjumpainya.Â
Karena sudah tidak ada lagi kesabaran pada diri kami, untuk jauh darinya, maka akhirnya kamipun mengambil kembali anak kami dari SLB tersebut. Setelah lebaran haji kemaren, si kecil kami jemput lagi ke sana, dan kami bawa lagi dia pulang ke rumah.
Di samping tetap kami bawa dia berobat, sembari berharap agar dia bisa bicara. Dalam proses pengobatan ini saya pun tetap berusaha untuk mencari sekolah yang bisa untuk dia bersekolah.Â
Saya tetap bertanya dengan sahabat-sahabat saya tentang sekolah yang bisa dia masuki. Alhamdulillah tiga hari yang lalu saya dapat info bahwa ada sekolah normal yang menerima anak-anak inklusi seperti anak saya, di kecamatan tempat saya tinggal.Â
Saya pun bersyukur dan langsung menghubungi kepala sekolahnya. Menanyakan seputar pendidikan tentang anak saya. Apakah anak saya bisa diterima di situ atau tidak. Alhamdulillah kepala sekolah meminta saya untuk datang dengan membawa anak saya ke sekolah tersebut.Â
Sesampainya di sana, saya disambut dengan ramah oleh seorang ibu cantik yang bertugas sebagai guru untuk mendidik anak-anak inklusi ini di situ. Saya diminta untuk masuk ke ruangannya, di mana isinya adalah anak-anak Inklusi atau berkebutuhan khusus.Â