Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah hobi yang tak bisa dipungkiri. Semoga apa yang tertulis bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Ya, Anak-Anak Inklusi Disekolahkan pada Sekolah Anak-Anak Normal? Apa Tujuan Pemerintah? Mari Kita Cari Tahu

22 September 2023   12:29 Diperbarui: 22 September 2023   12:40 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri 

Namun cacat seperti apa dokter tidak bilang kepada kami. Cuma pada waktu itu dokter hanya memberikan tawaran kepada kami berdua. Apakah anak yang ada dalam kandungan ini akan dilanjutkan atau akan dikeluarkan.

Sebagai hamba Allah yang takut dosa, saya dan suami sepakat menjawab bahwa anak yang ada dalam kandungan saya akan kami lanjutkan sampai masa lahiran tiba. Apapun keadaannya kami akan terima, kalau memang itu sudah takdir dari Yang Mahakuasa.

Akhirnya kehamilan saya lanjut, sampai memasuki usia sembilan bulan Minggu pertama. Karena saya sejak awal kehamilan dihinggapi penyakit batuk yang tak kunjung sembuh sampai lahiran, walau sudah berobat ke mana saja, maka pada umur kehamilan sembilan bulan Minggu pertama, saya pun memutuskan untuk melakukan operasi Cesar.

Setelah memasuki ruang operasi dan anak saya telah dikeluarkan dari perut saya oleh beberapa orang dokter, namun dia pada saat itu tidak menangis. 

Melihat keadaan itu dokter pun langsung mengambil inisiatif untuk membawa anak saya ke ruang NICU. Sampai di sana dokter memasang berbagai alat yang penuh kabel, mulai dari kepala sampai ke ujung kakinya. 

Kata dokter saat itu anak saya mengalami gangguan pernafasan, di mana paru-parunya belum mengembang, jantungnya juga belum mengembang. Dia pun mengalami kejang. Mendengar hal itu saya panik luar biasa, begitu juga suami saya. Tapi apapun keadaannya hidup harus tetap berjalan, anak pun harus tetap diobati.

Selama lebih kurang tiga bulan bayi mungil saya berada di ruang NICU. Setelah itu pindah ke ruang perawatan, selama lebih kurang tiga bulan pula. Dengan terus memakai alat bantu pernafasan yakninya tabung oksigen.

Sampai di bawa pulang ke rumah tabung oksigen ini adalah sahabat setia bayi mungil saya sampai dia berumur tiga tahun. Walau sesekali tali oksigen itu kami coba untuk belajar melepaskannya. Namun tidak bisa lama, lalu kaminpasang kembali. Karena nafasnya masih belum stabil.

Karena anak saya mengalami keterlambatan perkembangan, maka semuanya memang sesuai prediksi dokter. Ya, semuanya terlambat. Belajar membolak balikkan badannya terlambat, belajar merangkak terlambat, belajar duduk dan berjalan terlambat, Sampai bicarapun sangat terlambat. 

Namun sebagai orangtuanya, kami tidak pernah putus asa dengan apa yang telah Allah takdirkan untuk kami. Kami selalu menyayanginya, berusaha terus untuk mengobatinya. Alhamdulillah selama lebih kurang tiga bulan ini kejangnya sudah tidak ada. 

Walau bicaranya masih belum bisa. Sementara umurnya sekarang sudah dua belas tahun. Selama ini pula saya dan suami selalu berdoa, agar hijab anak kami terbuka untuk bicara. Selama ini pula kami berusaha untuk mencarikan dia sekolah yang cocok agar anak kami bisa bersekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun