pada nisannya kami menulis:
“inilah makam tuhan alam semesta”
selesai. kami kembali ke meja
hening sejenak. sunyi duduk dalam kabut
saat itu siang telah menikam pagi
orang-orang masih saja ribut dengan kematiannya
kupu-kupu mendatangi kami, dan berkata,
“tuhan alam semesta telah mati, buat apa lagi kita mencarinya di taman. kita harus mencari penggantinya.”
“tapi siapakah yang paling tepat menggantikannya?” tanya pipit
“di tengah hutan desa ini ada kuil purba, di sana banyak dewa-dewa. kita bisa memilih salah satu di antara mereka,” ujar anjing.
“aku tidak setuju. hampir semua dinding kuil telah aku rayapi, dan mereka adalah dewa-dewa yang saling bersilang lidah. di ujung lidah mereka ada bara api,” kata si cicak.