Mohon tunggu...
elmariachi culianca
elmariachi culianca Mohon Tunggu... Wiraswasta - elmariachi nama pena

Huruf adalah Hati, Kata adalah Jiwa,dan Kalimat adalah Kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hiruk Pikuk Pilkada DKI

25 September 2016   14:24 Diperbarui: 25 September 2016   17:29 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SBY tidak akan mungkin mau mengorbankan karier Agus dengan begitu saja tanpa satu “imbalan” yang lebih besar. Apa yang dilakukan SBY dengan “mengorbankan” karier Agus di TNI, karena beliau melihat sesuatu yang lebih besar di tahun 2019. Saya mencoba berasumsi dengan dua hal: pertama, (mungkin) SBY ingin kembali mencalonkan diri dalam pilpres 2019. Untuk memuluskan tujuan akhir dari keinginannya, dia harus menguasai Jakarta; hal yang kedua, mungkin saja Agus sudah dipersiapkan untuk pilpres 2019 (janka pendek)—ini terlalu pagi bagi saya; atau pilpres di 2024 (jangka panjang).

Dalam politik tidak ada musuh dan kawan yang abadi, semua disesuaikan dengan kepentingan dan tujuan pada saat itu. Hal yang menarik ketika Gerindra mengusung Anies Baswedan dalam pilkada DKI. Pada masa pilpres 2014, Anies adalah anggota dari tim pemenangan Jokowi, dan Anies menjabat sebagai juru bicara tim sukses. Dalam banyak kesempatan Anies kerap mengkritisi program misi dan visi Prabowo-Hatta. Disinilah letak keunikan dunia politik—kawan dan lawan dapat berubah dalam hitungan menit.

Lalu bagaimana kans dengan pasanganAnies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno? Pasangan ini juga mempunyai peluang memimpin Jakarta untuk lima tahun ke depan, meskipun dalam penilaian saya, pasangan ini memiliki peluang lebih kecil dari kedua pasangan yang lainnya. Dengan pengalaman sebagai pendidik (dosen dan rector), apalagi ditambah dengan pernah menjabat sebagai Mendikbud dalam Kabinet Kerja Jokowi, tentunya sudah tidak diragukan lagi kemampuan Anies dalam menjalankan kemudi pemerintahan DKI. Apalagi Anies berpasangan dengan Sandiaga Uno, yang seorang pengusaha. Sebagai pengusaha, Sandiaga Uno memiliki kejelian melihat peluang untuk dikelola sebagai isu kampanye. Dan satu hal lagi, tentunya dana kampanye sudah bukan menjadi soal bagi pasangan ini.

Secara ideology, Koalisi Teuku Umar—PDI-P, Golkar, Nasdem dan Hanura—nasionalis; sementara dua koalisi lainnya adalah percampuran nasionalis dan Islam. Karena pilkada akan berlangsung dengan pemilihan langsung, bagaimana peluang ketiga pasangan cagub—cawagub dalam meraih perolehan suaran untuk memenangkan pilkada DKI? Saya memprediksi pilkada DKI akan berlangsung dua putaran. Perolehan suara akan bersaing ketat, terutama pasangan Koalisi Teuku Umar dan Poros Cikeas. 

Bila pilkada DKI hanya berlangsung satu putaran, saya lebih meyakini Koalisi Teuku Umar akan memenangkan pilkada tersebut. Kenapa sebab? Suara-suara umat Islam terpecah terbagi menjadi dua—Poros Cikeas dan koalisi Gerindra dan PKS—dan ini sangat memengaruhi perolehan suara secara signifikan. Dengan terpecahnya suara dari kalangan umat Islam,  merupakan kerugian tersendiri bagi umat Islam dan partai-partai yang berbasis Islam.

Bagaimana jika berlangsung dua putaran dan koalisi mana yang memenangkan pilkada DKI? Di sinilah menariknya jika terjadi dua putaran. Dalam prediksi saya sebagai orang orang awam, semua tergantung kontestan koalisi siapa yang gugur dalam putaran pertama. Bila seandainya koalisi Gerindra dan PKS yang gugur, saya memprediksi Poros Cikeas yang akan memenangkan pilkada. Alasannya, adalah bahwa bukan menjadi rahasia umum lagi jika hubungan Prabowo dan Wiranto tidak pernah bisa bersatu. Sejarah  masa lalu yang melatarbelakanginya. Bagaimana dengan PKS? Sudah pasti PKS tidak akan berkenan berkoalisi dengan Koalisi Teuku Umar. PKS akan lebih memilih bergabung dengan Poros Cikeas, karena di sana sudah ada tiga partai yang berbasis Islam, dengan alasan memiliki spirit yang sama.

Apa yang terjadi bila pasanagan Poros Cikeas yang kalah dalam putaran pertama? Kekuatan akan berimbang. Partai Demokrat sudah pasti tidak akan bergabung dengan Koalisi Teuku Umar. Alasannya sama dengan hubungan Prabowo dan Wiranto. Suara pendukung Partai Demokrat akan dialihkan ke Koalisi Gerindra-PKS, meskipun tidak semua. Nah, bagaimana dengan ketiga partai yang berbasis dalam Poros Cikeas? PKB meskipun partai berbasis Islam, tapi Islamnya moderat. 

Dan seperti yang kita tahu cikal bakal berdirinya partai ini digagas oleh Gus Dur. Bisa saja suara PKB beralih ke Koalisi Teuku Umar. Apalagi dalam Kabinet Kerja Jokowi, PKB adalah salah satu partai pendukung pemerintahan Jokowi. Saya meyakini PPP lebih memilih Koalisi Gerindra-PKS. PAN mungkin akan bersikap seperti Partai Demokrat dan PKB, bermain di dua kaki. Jadi, bila berlangsung dua putaran, semua tergantung bagaimana masing-masing koalisi melakukan lobi-lobi. 

Dan pasti, tentu saja tidak bisa disepelekan, bagaimana mesin pemenangan masing-masing koalisi bergerak, dan isu apa yang enak digoreng. Namun, lepas dari semua itu, saya berharap pilkada DKI berlangsung dengan damai, dan masing-masing pihak bisa menunjukkan kedewasaan dalam berpolitik. Yang tidak kalah pentingnya, semua bisa menerima kenyataan yang akan terjadi, bisa menerima kekalahan dengan lapang dada. 

Surabaya, 24 September 2016

Elmariachi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun