Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ketika Gimmick Adalah Koentji, Slebew

23 Januari 2024   11:39 Diperbarui: 14 Februari 2024   23:57 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iya, kata timses dan pendukungnya, hahahaha.

Saya gak menyalahkan Mas Gibran, dia sudah berusaha. Bukan salah dia jadi anak presiden. Bukan salah dia juga ketika ada kemauan keluarga dia dimajukan sebagai Cawapres. Salah dia cuma satu, gak meningkatkan kemampuan, misal banyak membaca dsb, haiyah.

Saya menyalahkan tim suskes dan tim pemolesnya. Kalian ini gak becus kerja. Coba kalian dengar jawaban Mas Gibran saat closing statement. Cuma ngomong hal-hal normatif, yang gak jelas. Apa nian sesungguhnya ide kongkritnya ? 

Tak ada ide kongkrit tentang isu lingkungan pada program Pembangunan yang akan dilakuan.  Gak jelas. Seolah kalau mengatakan selain mengejar pertumbuhan ekonomi, tetap menjaga kelestarian lingkungan, itu artinya selesai. Gak segampang itu gaes.

Lalu sayup-sayup saya mendengar Mas Gibran berkata, Hilirisasi dan digitalisasi. Rasanya, ada yang memasuki mata saya, rasanya saya kelilipan, slebew.

Begitulah.

Loh, mana tentang pasangan Nomor 3? ah cari sendiri. Saya bukan pemuja bukan juga pembenci mereka. Saya suka prestasi Pak Ganjar. Saya suka sepak terjang pak Mahfud. Hanya, ada apa dengan beliau ini. Saat menyatakan masalah penegakan lingkungan, dia bilang pedang hukumnya lemah? apah...? Prof, dirimu itu Menko Polhukam Loh.

Saat ada yang bilang bahwa Prof sudah cukup sabar menghadapi recehnya Gibran, saya sepakat. Tapi ada hal lain yang saya gak sepakat.  Saat mendengar seorang menteri memprotes ini-itu sebuah rezim dimana ia secara sah berada didalam rezim itu, rasanya saya seperti sedang... ah sudahlah. 

Gimmick itu perlu? tapi substansi tetap utama, kata saya. Tim pemoles tinggal membekali Mas Gibran dengan banyak paket pembelajaran substantif. Cuma... ya waktu yang singkat memang sulit untuk menempa sebuah besi menjadi sebuah pedang, apalagi pedang yang tajam.

Ketika Pak Anis berkata, Gimmick dan atraksi itu perlu ketika subtansi lemah. Ketika substansi kuat, itu tidak perlu. Ya, saya okelah. Hanya saya gak sepenuhnya setuju. Gimmick itu perlu (Pof Mahfud juga bilang dia pake gimmick juga). Hanya, gimmick yang seperti apa, seberapa banyak, jangan kebanyakan porsi dan substansi harus utama.  

Bohong kalau pak Anis sama sekali gak pake gimmick, hayo. Bahkan ketika orang pengen terlihat bersih, polos tanpa atraksi, kadang itu gimmick juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun