Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memori Daun Pisang dan 5 Alasan Kenapa Kembali Booming

4 Mei 2021   12:11 Diperbarui: 5 Mei 2021   17:54 3359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brusbus / Sumber Foto: Elly Suryani on Cookpad

Siapa bilang daun pisang itu gak penting. Pasti ada, mungkin banyak. Tapi bagi orang tertentu, daun pisang itu penting. Sebabnya? 

Ada banyak sebab. Salah satunya adalah soal memori. Siapa yang bisa menghalau memori? Jarang sebab kebanyakan kita adalah mahluk baper.

Daun pisang menyimpan banyak memori pada banyak orang. Seperti memori menjadikannya payung saat hujan turun sebagaimana sebuah lagu dangdut zaman dulu (hayo yang ingat lagunya, jangan malu-malu ngaku). 

Anak sekolah menjadikan daun pisang sebagai payung. Memori sering main masak-masakan menggunakan daun pisang sebagai takir. Memori sebab sering makan kue dan aneka penganan yang dibungkus daun pisang. 

Sumber Foto: smule.com
Sumber Foto: smule.com
Saya menyimpan kuat memori lezatnya makan kue-kue dibungkus daun pisang itu. Sekali waktu saya kebelet, pengen banget buat Brusbus alias Kelicuk alias Lapek Sagan. Itu loh beras ketan campur pisang dan parutan kelapa dibungkus daun pisang dan dikukus.

Biasanya saya ada stock di kulkas (sebab sering bikin brengkes/pepes ikan) hasil beli di pasar. Kali itu sedang kehabisan, mau ke pasar malas. Akhirnya kepikiran untuk berasan beli di warung dekat rumah yang kebetulan halamannya banyak menanam pisang. 

Rezeki mak sholeh, dengan cepat dia ambilkan ke halamannya. Dapat satu gulungan besar dan harganya cuma 3 (tiga) ribu rupiah. Senangnya. Jadi deh Brusbus saya DISINI.

Akhir-akhir ini permintaan akan daun kembali meningkat. Di pasar tradisional 1 (satu) gulungan besar dijual seharga Rp.5.000. Di gerai dan grosir yang menjual aneka kebutuhan rumah tangga di Palembang, 1 gulungan kecil dijual seharga Rp.4.500, yang besar 10.000.

Penjualan online, bejibun lapak yang menjual daun pisang segar, ukuran dan harganya bervariasi. Semua ini menunjukkan bahwa daun pisang sekarang jadi trend lagi dan jelas bisa menjadi peluang bisnis sebagaimana ditulis Mbah Ukik DISINI.

Tapi saya tidak akan membahas peluang bisnisnya itu, biarlah menjadi fokus Mbah Ukik dan teman-teman lain. Saya ingin sedikit mengulas alasan kenapa daun pisang jadi trend dan booming lagi, selain alasan memori tadi.

5 (Lima) Hal Kenapa Daun Pisang Trend/Booming Lagi

1. Alasan Kesehatan. 

Daun pisang sebagai bahan organik dianggap aman. Beberapa hasil penelitian menunjukkan senyawa kimia pada daun pisang adalah bahan antioksidan dan antimikrobia. 

Daun pisang juga dapat menangkal radikal bebas karena kandungan lignin, allantoin, hemiselulosa, protein, dan polifenol. Itu sebabnya banyak orang akan lebih memilih bahan pangan yang dibungkus daun pisang daripada yang dibungkus plastik, mika, dsb. 

Itu sebabnya saya akan pilih lontong dibungkus daun pisang daripada yang dibungkus plastik. Saya juga lebih pilih tempe yang dibungkus daun pisang ketimbang dibungkus plastik. Saya lebih memilih pempek lenggang yang dipanggang dengan takir daun pisang ketimbang yang dipanggang di teflon, jika memungkinkan.

Sumber Foto: tribunews.com
Sumber Foto: tribunews.com
2. Aroma dan warna daun pisang wangi dan membuat makanan lebih sedap dan cantik alami. 

Bayangkan ketika membuat lontong dengan daun pisang. Selain lontong lebih wangi, warna lontong juga lebih menarik karena ada semburat hijau muda di pinggiran lontong. Hal yang gak akan kita dapat kalau membuat lontong dengan plastik sebagai bungkus. 

Sumber Foto: MeysCila Cookpad
Sumber Foto: MeysCila Cookpad
Begitu pula penganan yang lain seperti Kue Nagasari, Kue Bugis, Brusbus, Lapek, dan lain sebagainya 
Sumber Foto: Cookpad Elly Suryani
Sumber Foto: Cookpad Elly Suryani
Sumber Foto: cendananews.com
Sumber Foto: cendananews.com
Bahkan Ketan Lapek buatan alm Ibu saya dulu jadi begitu wangi dan warna cantik sebab diberi batas dengan daun pisang, sayang gak ada dokumentasi fotonya.

3. Trend Gaya hidup yang kembali ke masa old style. 

Masih ingat ketika sosmed kita dipenuhi makan Ngaliwet lesehan bersama dengan nasi dan lauk diletakkan di hamparan daun pisang memanjang. Hampir sebagian besar cafe dan resto menyiapkan pilihan bagi yang mau makan gaya ini. 

Jika sehari per 1 (satu) resto atau cafe saja ada 10 rombongan pesan makan dengan gaya lesehan berdaun pisang ini, sudah berapa kebutuhan daun pisang yang harus dipasok.

Sumber Foto: tribunnews.com
Sumber Foto: tribunnews.com
4. Kampanye Anti Bahan Plastik. 

Beberapa supermarket sudah menerapkan kampanye anti bahan plastik sebagai bungkus dan wadah belanjaan. 

Sebagai contoh di Provinsi Bali, demi memerangi plastik dan menunjukkan bahan pengganti plastik sebagai kemasan mereka menggunakan daun pisang.

Sumber Foto: FB Bintang Supermarket
Sumber Foto: FB Bintang Supermarket
Jadi kalau mau belanja sayuran, ikan, ayam dibungkus daun plastik, he, ayo ke Bali. Begitupula di Thailand, tepatnya Chiangmai, ada beberapa pasar mulai menggunakan daun pisang sebagai pembungkus sayuran dan buah. 

Saya yakin di beberapa penjuru Indonesia dan penjuru dunia, ada juga supermarket dan pasar yang menggunakan daun pisang sebagai pembungkus dan kemasan.

Sumber Foto: perfect homes chiangmai
Sumber Foto: perfect homes chiangmai
5. Memori. 

Alasan yang menjadi judul tulisan ini. Sebab makan makanan dibungkus daun pisang itu sebuah memori. Tak afdol jika kemasannya bukan daun pisang. Makan rujak buah di daun pincuk, seketika ingat jajanan masa kecil. 

Brusbus / Sumber Foto: Elly Suryani on Cookpad
Brusbus / Sumber Foto: Elly Suryani on Cookpad
Makan pecel dan rujak di pincuk daun pisang, wew. Nasi kucing, apalagi kan. Semuanya dibungkus daun pisang. Mengingatnya saja bahagia, apalagi mengulangi makan di pincuk, Mashaallah enaknya.
Sumber Foto: IDN Times Jatim
Sumber Foto: IDN Times Jatim
Demikian 5 (lima) alasan kenapa daun pisang trend dan booming lagi menurut saya. Semakin kuat 5 (lima) alasan tadi dipegang orang-orang maka penggunaan daun pisang akan semakin tinggi. Daun pisang akan semakin trend dan semakin booming. 

Tentu saja berimbas pada bisnis daun pisang yang dilakukan banyak pihak. Ada yang mengisi mal dan supermarket, ada yang dijual di pasar tradisional. Penjualan online, jangan tanya. 

Ada banyak start-up juga menjual daun pisang segar. Mau beli dau pisang di Lazada, Shopee atau Tokopedia, ah banyak, tinggal pilih. Selain penjualan dalam negeri, daun pisang juga mempunyai peluang ekspor yang cukup menggiurkan. Konon harga daun pisang di Jepang mencapai ratusan ribu.

Apapun itu. Harapan saya, semoga petani daun pisang sejahtera.

Begitulah. Kamu juga termasuk pemilik satu atau beberapa dari 5 alasan di atas ? Ah, samanya kita. 

Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu.

Referensi: 6 Manfaat Daun Pisang Yang Bisa Menangkal Radikal Bebas

Sumber Foto: Dok. Kompal
Sumber Foto: Dok. Kompal
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun