Siapa bilang daun pisang itu gak penting. Pasti ada, mungkin banyak. Tapi bagi orang tertentu, daun pisang itu penting. Sebabnya?Â
Ada banyak sebab. Salah satunya adalah soal memori. Siapa yang bisa menghalau memori? Jarang sebab kebanyakan kita adalah mahluk baper.
Daun pisang menyimpan banyak memori pada banyak orang. Seperti memori menjadikannya payung saat hujan turun sebagaimana sebuah lagu dangdut zaman dulu (hayo yang ingat lagunya, jangan malu-malu ngaku).Â
Anak sekolah menjadikan daun pisang sebagai payung. Memori sering main masak-masakan menggunakan daun pisang sebagai takir. Memori sebab sering makan kue dan aneka penganan yang dibungkus daun pisang.Â
Biasanya saya ada stock di kulkas (sebab sering bikin brengkes/pepes ikan) hasil beli di pasar. Kali itu sedang kehabisan, mau ke pasar malas. Akhirnya kepikiran untuk berasan beli di warung dekat rumah yang kebetulan halamannya banyak menanam pisang.Â
Rezeki mak sholeh, dengan cepat dia ambilkan ke halamannya. Dapat satu gulungan besar dan harganya cuma 3 (tiga) ribu rupiah. Senangnya. Jadi deh Brusbus saya DISINI.
Akhir-akhir ini permintaan akan daun kembali meningkat. Di pasar tradisional 1 (satu) gulungan besar dijual seharga Rp.5.000. Di gerai dan grosir yang menjual aneka kebutuhan rumah tangga di Palembang, 1 gulungan kecil dijual seharga Rp.4.500, yang besar 10.000.
Penjualan online, bejibun lapak yang menjual daun pisang segar, ukuran dan harganya bervariasi. Semua ini menunjukkan bahwa daun pisang sekarang jadi trend lagi dan jelas bisa menjadi peluang bisnis sebagaimana ditulis Mbah Ukik DISINI.
Tapi saya tidak akan membahas peluang bisnisnya itu, biarlah menjadi fokus Mbah Ukik dan teman-teman lain. Saya ingin sedikit mengulas alasan kenapa daun pisang jadi trend dan booming lagi, selain alasan memori tadi.
5 (Lima) Hal Kenapa Daun Pisang Trend/Booming Lagi
1. Alasan Kesehatan.Â
Daun pisang sebagai bahan organik dianggap aman. Beberapa hasil penelitian menunjukkan senyawa kimia pada daun pisang adalah bahan antioksidan dan antimikrobia.Â
Daun pisang juga dapat menangkal radikal bebas karena kandungan lignin, allantoin, hemiselulosa, protein, dan polifenol. Itu sebabnya banyak orang akan lebih memilih bahan pangan yang dibungkus daun pisang daripada yang dibungkus plastik, mika, dsb.Â
Itu sebabnya saya akan pilih lontong dibungkus daun pisang daripada yang dibungkus plastik. Saya juga lebih pilih tempe yang dibungkus daun pisang ketimbang dibungkus plastik. Saya lebih memilih pempek lenggang yang dipanggang dengan takir daun pisang ketimbang yang dipanggang di teflon, jika memungkinkan.
Bayangkan ketika membuat lontong dengan daun pisang. Selain lontong lebih wangi, warna lontong juga lebih menarik karena ada semburat hijau muda di pinggiran lontong. Hal yang gak akan kita dapat kalau membuat lontong dengan plastik sebagai bungkus.Â
3. Trend Gaya hidup yang kembali ke masa old style.Â
Masih ingat ketika sosmed kita dipenuhi makan Ngaliwet lesehan bersama dengan nasi dan lauk diletakkan di hamparan daun pisang memanjang. Hampir sebagian besar cafe dan resto menyiapkan pilihan bagi yang mau makan gaya ini.Â
Jika sehari per 1 (satu) resto atau cafe saja ada 10 rombongan pesan makan dengan gaya lesehan berdaun pisang ini, sudah berapa kebutuhan daun pisang yang harus dipasok.
Beberapa supermarket sudah menerapkan kampanye anti bahan plastik sebagai bungkus dan wadah belanjaan.Â
Sebagai contoh di Provinsi Bali, demi memerangi plastik dan menunjukkan bahan pengganti plastik sebagai kemasan mereka menggunakan daun pisang.
Jadi kalau mau belanja sayuran, ikan, ayam dibungkus daun plastik, he, ayo ke Bali. Begitupula di Thailand, tepatnya Chiangmai, ada beberapa pasar mulai menggunakan daun pisang sebagai pembungkus sayuran dan buah.ÂSaya yakin di beberapa penjuru Indonesia dan penjuru dunia, ada juga supermarket dan pasar yang menggunakan daun pisang sebagai pembungkus dan kemasan.
Alasan yang menjadi judul tulisan ini. Sebab makan makanan dibungkus daun pisang itu sebuah memori. Tak afdol jika kemasannya bukan daun pisang. Makan rujak buah di daun pincuk, seketika ingat jajanan masa kecil.Â
Tentu saja berimbas pada bisnis daun pisang yang dilakukan banyak pihak. Ada yang mengisi mal dan supermarket, ada yang dijual di pasar tradisional. Penjualan online, jangan tanya.Â
Ada banyak start-up juga menjual daun pisang segar. Mau beli dau pisang di Lazada, Shopee atau Tokopedia, ah banyak, tinggal pilih. Selain penjualan dalam negeri, daun pisang juga mempunyai peluang ekspor yang cukup menggiurkan. Konon harga daun pisang di Jepang mencapai ratusan ribu.
Apapun itu. Harapan saya, semoga petani daun pisang sejahtera.
Begitulah. Kamu juga termasuk pemilik satu atau beberapa dari 5 alasan di atas ? Ah, samanya kita.Â
Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu.
Referensi: 6 Manfaat Daun Pisang Yang Bisa Menangkal Radikal Bebas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H