Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memori Daun Pisang dan 5 Alasan Kenapa Kembali Booming

4 Mei 2021   12:11 Diperbarui: 5 Mei 2021   17:54 3359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brusbus / Sumber Foto: Elly Suryani on Cookpad

Daun pisang sebagai bahan organik dianggap aman. Beberapa hasil penelitian menunjukkan senyawa kimia pada daun pisang adalah bahan antioksidan dan antimikrobia. 

Daun pisang juga dapat menangkal radikal bebas karena kandungan lignin, allantoin, hemiselulosa, protein, dan polifenol. Itu sebabnya banyak orang akan lebih memilih bahan pangan yang dibungkus daun pisang daripada yang dibungkus plastik, mika, dsb. 

Itu sebabnya saya akan pilih lontong dibungkus daun pisang daripada yang dibungkus plastik. Saya juga lebih pilih tempe yang dibungkus daun pisang ketimbang dibungkus plastik. Saya lebih memilih pempek lenggang yang dipanggang dengan takir daun pisang ketimbang yang dipanggang di teflon, jika memungkinkan.

Sumber Foto: tribunews.com
Sumber Foto: tribunews.com
2. Aroma dan warna daun pisang wangi dan membuat makanan lebih sedap dan cantik alami. 

Bayangkan ketika membuat lontong dengan daun pisang. Selain lontong lebih wangi, warna lontong juga lebih menarik karena ada semburat hijau muda di pinggiran lontong. Hal yang gak akan kita dapat kalau membuat lontong dengan plastik sebagai bungkus. 

Sumber Foto: MeysCila Cookpad
Sumber Foto: MeysCila Cookpad
Begitu pula penganan yang lain seperti Kue Nagasari, Kue Bugis, Brusbus, Lapek, dan lain sebagainya 
Sumber Foto: Cookpad Elly Suryani
Sumber Foto: Cookpad Elly Suryani
Sumber Foto: cendananews.com
Sumber Foto: cendananews.com
Bahkan Ketan Lapek buatan alm Ibu saya dulu jadi begitu wangi dan warna cantik sebab diberi batas dengan daun pisang, sayang gak ada dokumentasi fotonya.

3. Trend Gaya hidup yang kembali ke masa old style. 

Masih ingat ketika sosmed kita dipenuhi makan Ngaliwet lesehan bersama dengan nasi dan lauk diletakkan di hamparan daun pisang memanjang. Hampir sebagian besar cafe dan resto menyiapkan pilihan bagi yang mau makan gaya ini. 

Jika sehari per 1 (satu) resto atau cafe saja ada 10 rombongan pesan makan dengan gaya lesehan berdaun pisang ini, sudah berapa kebutuhan daun pisang yang harus dipasok.

Sumber Foto: tribunnews.com
Sumber Foto: tribunnews.com
4. Kampanye Anti Bahan Plastik. 

Beberapa supermarket sudah menerapkan kampanye anti bahan plastik sebagai bungkus dan wadah belanjaan. 

Sebagai contoh di Provinsi Bali, demi memerangi plastik dan menunjukkan bahan pengganti plastik sebagai kemasan mereka menggunakan daun pisang.

Sumber Foto: FB Bintang Supermarket
Sumber Foto: FB Bintang Supermarket
Jadi kalau mau belanja sayuran, ikan, ayam dibungkus daun plastik, he, ayo ke Bali. Begitupula di Thailand, tepatnya Chiangmai, ada beberapa pasar mulai menggunakan daun pisang sebagai pembungkus sayuran dan buah. 

Saya yakin di beberapa penjuru Indonesia dan penjuru dunia, ada juga supermarket dan pasar yang menggunakan daun pisang sebagai pembungkus dan kemasan.

Sumber Foto: perfect homes chiangmai
Sumber Foto: perfect homes chiangmai
5. Memori. 

Alasan yang menjadi judul tulisan ini. Sebab makan makanan dibungkus daun pisang itu sebuah memori. Tak afdol jika kemasannya bukan daun pisang. Makan rujak buah di daun pincuk, seketika ingat jajanan masa kecil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun