Sesungguhnya sudah lama pake bingits pengen nulis tentang hal ini.Â
Ya... kita tau beberapa tahun ini kampanye dan tagline gluten free itu begitu marak. Teman saya, entah dia paham betul atau sekadar tahu dikit-dikit, eh ikut latah juga. Sebentar-sebentar dia bilang:
"...Harus ganti nasi dengan ubi..." (padahal nasi tidak mengandung gluten, heran)
"Jangan makan roti, gak sehat." (Kenapa gak sehat?)
"Buat dong resep roti free gluten..." (haiyah)
Dan kalimat-kalimat lain...
Sampai di sana saya jadi mikir, apa iya kita harus jadi memusuhi gluten segitunya...? Apa saya harus ikut juga tagline gluten free tsb? Apa perlu saya menerbitkan resep makanan bebas gluten? hehe.Â
Tapi ya kadang kita cepat tanggap dan gabung pada sesuatu yang lagi booming. Sebab apapun yang sedang tren di timeline adalah semacam tanda bahwa kita gaul, untuk dianggap gaul harus ikut.Â
Ya samalah dengan trennya Rainbow Layer Cake dulu dan sekarang Lekker Holland yang tiba-tiba memenuhi timeline saya, ups. Sama halnya dengan tagline gluten free ini, saya agak merasa gimana gituÂ
Latah suka atau membenci jenis makanan tertentu itu sebetulnya tidak baik. Selain menunjukkan bahwa kita tidak punya pandangan sendiri, artinya kita juga mudah terbawa arus.Â
Padahal yang kita ikut-ikutan suka itu mungkin saja tidak baik, berbahaya bagi kita. Atau sebaliknya hal yang kita tolak, kita benci itu justru baik dan aman bagi kita.Â