Mohon tunggu...
Ellnovianty Nine
Ellnovianty Nine Mohon Tunggu... -

Salam kenal para senior kompasiana. Saya Novi, istri dari seorang dosen ITB bernama Dr. Diky Mudhakir, ibu dari dua orang putri: Alma dan Tiara, dan seorang bayi yang sedang dikandung. Profesi sampingan saya adalah freelance translator-interpreter (Bhs Jepang). Dengan bahasa, saya memiliki sebuah jendela yakni jendela dunia. Dimana saya bisa melihat negeri matahari terbit selama sepuluh tahun. Melalui kompasiana ini saya ingin berbagi cerita tentang apa yang saya lihat lewat jendela dunia itu. Semoga ada yang berminat, dan jika ada yang ingin lihat negeri matahari terbit, yuuuk kita lihat bersama-sama.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Cinta Laura Vs Obama

19 November 2010   19:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:27 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebarat-baratan! Hem, penilaian ini tanpa kita sadari sering terlontar jika melihat ada orang Indonesia yang berbahasa asing dalam pergaulan mereka. Atau, sok pake bahasa asing! Itu pun mungkin pernah terlintas dari pikiran kita. Tapi sebaliknya, wah keren ya orang asing itu bisa bahasa Indonesia! Atau, tuh bule gape bener bahasa Indonesianya. Justru terbalik, orang asing yang berbahasa Indonesia jadi terlihat seperti pangeran di mata kita. Aneh ya?

Sebagai bangsa yang sedang, ingin bahkan harus maju, saya pribadi merasa memiliki kemampuan berbahasa asing itu perlu. Bahkan wajib! Sudah tidak perlu malu-malu lagi. Juga jangan dicibiri. Harusnya menjadi pelecut bagi kita yang belum bisa berbahasa asing untuk belajar mengadaptasinya sebagai kemampuan kedua.

Sebuah tajuk wacana di Majalah Femina, berjudul: Memilik kemampuan berbahasa asing akan meningkatkan karir kita dalam bekerja.  Saya setuju sekali dengan yang satu ini. Karena saya sendiri merasakannya. Walaupun bahasa Inggris bukan second language buat saya, melainkan bahasa Jepang, tetapi intinya sama, sasarannya juga sama. Dengan berbahasa asing, kita bisa melihat dunia lebih luas. Wawasan pun bertambah, teman pun bertambah.

Kasus Cinta Laura telah membuat saya belajar untuk lebih menghargai kemampuan berbahasa asing pada anak bangsa sendiri. Apalagi ternyata Cinta Laura sudah membangun sekolah dengan hasil keringatnya bekerja. Duuuh jadi malu ya, kalau sudah mencibir orang yang ternyata jelas-jelas berkontribusi bagi pendidikan anak bangsa sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun