Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta globalisasi telah membawa perubahan signifikan di berbagai aspek kehidupan. Perubahan ini, layaknya pisau bermata ganda, memberikan manfaat besar bagi bangsa Indonesia, tetapi di sisi lain juga menimbulkan Tantangan, Ancaman, Hambatan, dan Gangguan (TAHG). Fenomena ini tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, tetapi juga oleh negara-negara di seluruh dunia. Namun, situasi global yang terus berkembang menuntut Indonesia untuk menghadapi TAHG dengan strategi yang tepat dan terarah agar tidak tertinggal dalam arus revolusi industri 4.0 dan era disrupsi.
Tantangan dalam Era Globalisasi dan Revolusi Industri 4.0
Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam era globalisasi dan revolusi industri 4.0 meliputi berbagai sektor, seperti pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. Era ini menuntut setiap individu dan institusi untuk memiliki daya saing tinggi agar mampu bertahan dalam persaingan global. Unissula, sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi terkemuka di Indonesia, memiliki peran penting dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang mampu menghadapi tantangan ini.
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menjawab tantangan ini. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan pemanfaatan teknologi digital, kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan big data. Tantangan utama yang dihadapi adalah kesiapan SDM Indonesia dalam menguasai teknologi ini. Menurut laporan McKinsey Global Institute (2019), revolusi industri 4.0 diperkirakan akan menggeser hingga 23 juta pekerjaan di Indonesia, tetapi juga menciptakan 27-46 juta pekerjaan baru yang membutuhkan keterampilan digital.
Di sisi ekonomi, Indonesia menghadapi tantangan berupa ketimpangan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan. Pesatnya kemajuan teknologi sering kali hanya dirasakan di kota-kota besar, sementara daerah pedesaan masih tertinggal. Menurut data BPS (2022), 40% penduduk Indonesia di daerah pedesaan belum memiliki akses memadai ke internet. Selain itu, tantangan lain adalah ketergantungan Indonesia pada produk impor. Untuk mengatasi ini, diperlukan kebijakan ekonomi yang mendorong peningkatan produksi dalam negeri dan penguatan ekonomi kerakyatan.
Ancaman Multidimensional bagi Indonesia
Ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi dan revolusi industri 4.0 bersifat multidimensional, mencakup ancaman fisik dan non-fisik. Ancaman fisik mencakup ancaman terhadap kedaulatan wilayah, seperti konflik di wilayah perbatasan dan potensi invasi asing. Sementara itu, ancaman non-fisik lebih kompleks dan sulit dideteksi, seperti perang siber, penyebaran hoaks, dan degradasi moral akibat pengaruh budaya asing.
Salah satu ancaman serius yang dihadapi adalah perang siber. Di era digital, serangan siber dapat merusak infrastruktur vital negara, seperti sistem perbankan, transportasi, dan pertahanan. Menurut data BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara), terdapat 1,6 miliar serangan siber yang terdeteksi di Indonesia sepanjang tahun 2021. Untuk mengatasi ancaman ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pihak swasta. Unissula, sebagai institusi yang memiliki fokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat berkontribusi dalam mencetak ahli keamanan siber yang siap menghadapi ancaman ini.
Selain itu, penyebaran hoaks dan disinformasi melalui media sosial menjadi ancaman serius bagi stabilitas sosial. Menurut laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika (2022), terdapat lebih dari 800.000 konten hoaks yang beredar di media sosial setiap tahunnya. Hoaks dapat memecah belah persatuan bangsa dan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan upaya edukasi literasi digital kepada masyarakat agar mampu memilah informasi yang benar dan tidak mudah terprovokasi.
Hambatan dalam Menghadapi TAHG
Dalam menghadapi TAHG, Indonesia dihadapkan pada berbagai hambatan, baik internal maupun eksternal. Hambatan internal meliputi rendahnya kualitas SDM, keterbatasan infrastruktur, dan lemahnya koordinasi antar lembaga. Sementara itu, hambatan eksternal mencakup tekanan dari negara-negara maju yang mendominasi pasar global dan penguasaan teknologi.