Mohon tunggu...
Claudya Elleossa
Claudya Elleossa Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pencerita

Seorang ASN dan ibu, yang sesekali mengisi pelatihan menulis dan ragam topik lainnya. Bisa diajak berinteraksi melalui IG @disiniclau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Seorang Polisi yang Minta Didoakan Saat Bertugas, Menghancurkan Stereotip Kita

10 April 2018   17:24 Diperbarui: 10 April 2018   20:03 3642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Doakan polisi, mbak"

Saya menatap bapak itu dengan rasa tak percaya. Mungkin saya salah mendengar, gumam saya di hati.

"Oke pak, bapak siapa namanya? Saya doakan!" saya respon dengan memberanikan diri.

"Bukan hanya doakan saya mbak tapi seluruh polisi agar sehat dan dapat bertugas dengan baik."

Di detik itu mata saya berkaca-kaca. Semua firasat, asumsi, bahkan penghakiman menjadi sepenuhnya salah. Saya bertanya sekali lagi apakah benar saya dibebaskan dan apakah itu tidak akan menimbulkan masalah buat dirinya, lalu pak polisi tersebut menjawab: "Saya ikhlas Lillahitaallah, supaya mbak bisa ibadah dengan fokus dan mendoakan polisi."

Sebuah titik balik untuk melihat sisi yang berimbang

Saya berpamit dari lokasi kejadian dan sepanjang perjalanan saya menangis. Ada tumpukan rasa bersalah karena sudah berprasangka buruk, karena saya gagal meyakini kualitas kebaikan seseorang, bahkan sepersekian detik saya berpikir negatif tentang sebuah jabatan tertentu (polisi) dan isu perbedaan agama.

Kejadian tersebut kemudian membuat saya mulai menyebutkan "polisi" dalam untai doa saya sejak hari itu. Ketika saya membagi ini di laman instagram saya, ada begitu banyak respons dari teman saya, baik yang berkata terharu atau merasa tertegur sebab kerap berpikir serupa. Namun ketika saya menceritakan ini ke satu rekan kerja saya, dia dengan tegas berkata "lho masih banyak kok polisi yang baik."

Dia balik bercerita bahwa dia pernah tiga kali ditilang, dan walau tidak dilepaskan, polisi yang bertugas melakukannya dengan jujur dan santun, serta disertai bonus edukasi aturan lalu lintas.

Lalu mengapa ada stigma yang melekat soal buruknya oknum polisi? Mengapa pula stereotip citra polisi menjadi sedemikian buruk? Saya rasa tidak lain karena kecenderungan bagaimana kabar negatif lebih mudah menyebar dan (ironisnya) lebih disukai. Ketika seorang kawan merespons deret instastory kisah polisi ini, dengan sebuah saran: "ayo dijadikan tulisan", saya sempat meragu dan berpikir: "buat apa?" Namun akhirnya saya memilih untuk menulis ini sebab saya ingin mengambil peran (walau amat kecil) untuk tidak melulu memberitakan hanya-yang-buruk. Bahwa.. ada dua sisi dari sebuah figur dan segala sesuatu.

Tentang kebiasaan stereotip

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun