"Aku tidak tahu apa aku pantas untukmu, Jiyeon-ah," katanya pelan. "Aku terlalu rusak, terlalu banyak beban. Aku takut akan melukaimu."
Jiyeon mendekat, mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Seojun. "Kau tidak perlu sempurna, Seojun-ah. Aku tidak mencari kesempurnaan. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau tidak sendirian."
Seojun menatap tangan Jiyeon yang menggenggam tangannya, lalu menatap gadis itu. Ada air mata yang menggenang di matanya, tetapi dia tidak membiarkannya jatuh. "Terima kasih, Jiyeon-ah," katanya akhirnya. "Aku... tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu."
Jiyeon tersenyum, meskipun hatinya terasa berat. Dia tahu bahwa jalan mereka tidak akan mudah, bahwa luka-luka di hati Seojun tidak akan sembuh dalam semalam. Tetapi dia juga tahu bahwa dia ingin tetap di sisi pria itu, apa pun yang terjadi.
Malam itu, mereka berpisah di depan pintu apartemen Jiyeon. Sebelum pergi, Seojun menatap Jiyeon sekali lagi, dengan tatapan yang penuh dengan rasa syukur dan sesuatu yang sulit diartikan.
"Selamat malam, Jiyeon-ah," katanya pelan. "Dan... terima kasih."
Jiyeon hanya tersenyum, menahan air mata yang hampir jatuh. "Selamat malam, Seojun-ah. Hati-hati di jalan."
Ketika Seojun pergi, Jiyeon berdiri di sana untuk beberapa saat, memandang punggung pria itu yang perlahan menghilang di tikungan jalan. Hatinya terasa berat, tetapi juga penuh dengan harapan.
Di tengah malam yang sunyi, Jiyeon berdoa dalam hatinya, berharap bahwa suatu hari, Seojun akan menemukan kedamaian yang dia cari. Dan sampai hari itu tiba, dia akan tetap di sisi pria itu, menjadi tempatnya bersandar di tengah hujan dan sunyi.
***
Ella Ning, gadis yang suka menghabiskan seluruh waktunya untuk berpikir dan menulis di perpustakaan sekolah, SMA NEGERI 3 BREBES. Sosok yang juga menyukai sastra dan berlogika ketika menulis. Pertama kali menulis ketika berada di bangku SMP kelas 7. Berkeinginan untuk bertemu Jeon Wonwoo, member dari boygroup SEVENTEEN.