Mohon tunggu...
ella ning
ella ning Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA NEGERI 3 BREBES

Seorang gadis yang suka membaca, menulis, mendengarkan musik dan juga berimajinasi. Si pemimpi yang ingin jadi menteri Luar Negeri dan selalu punya keinginan untuk jalan-jalan ke Edinburgh.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Antara Hujan dan Sunyi

22 Januari 2025   07:10 Diperbarui: 22 Januari 2025   07:10 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan rintik-rintik turun sore itu, melukis jendela dengan jejak-jejak air yang mengalir perlahan. Udara dingin merayap ke dalam kedai kopi kecil di sudut jalan Hongdae, tempat Jiyeon duduk dengan secangkir teh hangat yang sudah mulai mendingin. Di sebelahnya, Seojun bersandar di bahunya, terlelap dalam keheningan yang hampir sempurna.

Jiyeon menundukkan pandangannya, memperhatikan wajah Seojun yang tertidur. Wajah itu tampak damai, meskipun bayangan gelap di bawah matanya bercerita lain. Seojun selalu tampak seperti ini---lelah, terbebani, namun tetap menyembunyikannya di balik senyuman tipis yang sering ia tunjukkan pada dunia.

Hujan semakin deras, dan suara gemericiknya menjadi latar bagi pikiran Jiyeon yang mengembara. Ia mengenang pertemuan pertama mereka, ketika Seojun hanyalah seorang pria asing yang duduk di sudut ruang kelas seni. Dia selalu sendirian, menunduk, menggambar sketsa tanpa peduli pada hiruk-pikuk di sekitarnya. Jiyeon ingat betapa sulitnya mendekati pria itu, betapa dinginnya ia di awal, seperti tembok tinggi yang tak bisa ditembus.

Namun, tembok itu akhirnya runtuh. Sedikit demi sedikit, Seojun mulai membuka diri, dan Jiyeon menemukan seseorang yang berbeda di balik sikap dinginnya---seseorang yang penuh luka, namun terlalu bangga untuk mengakuinya.

"Jiyeon-ah," suara Seojun yang serak memecah keheningan. Matanya masih terpejam, tapi suaranya terdengar jelas. "Apa kau pernah merasa... dunia ini terlalu berat untuk dijalani?"

Jiyeon terdiam. Pertanyaan itu sederhana, namun mengandung beban yang sulit dijelaskan. Ia menatap ke luar jendela, ke jalanan basah yang sepi.

"Ya," jawabnya akhirnya. "Terkadang aku merasa seperti itu. Tapi aku selalu mencoba mencari alasan untuk tetap bertahan. Meski kecil, meski sederhana."

Seojun membuka matanya perlahan, menatap Jiyeon dengan tatapan yang sulit diartikan. "Apa alasanmu, Jiyeon-ah?"

Jiyeon tersenyum tipis. "Orang-orang yang aku sayangi. Dan... mungkin, mimpi-mimpiku yang belum tercapai."

Seojun tidak menjawab. Dia hanya menatap Jiyeon lebih lama, seolah mencoba memahami gadis itu lebih dalam. Ada sesuatu dalam cara Jiyeon berbicara yang selalu membuatnya merasa hangat, meski di tengah dinginnya hujan seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun