Mohon tunggu...
ella ning
ella ning Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA NEGERI 3 BREBES

Seorang gadis yang suka membaca, menulis, mendengarkan musik dan juga berimajinasi. Si pemimpi yang ingin jadi menteri Luar Negeri dan selalu punya keinginan untuk jalan-jalan ke Edinburgh.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Luka Bertemu Harapan di Bawah Langit yang Kelam

29 Desember 2024   18:51 Diperbarui: 29 Desember 2024   19:50 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inspirasi foto: Pinterest

"Tapi bagaimana denganmu?" tanya Elziva tiba-tiba. "Siapa yang menjaga kamu?"

Kinan terdiam. Pertanyaannya menggantung di udara, tanpa jawaban. Dan meskipun ia tidak berkata apa-apa, Elziva tahu bahwa di balik semua ketegasan dan sikap dinginnya, ada seseorang yang juga terluka, sama seperti mereka yang ia coba lindungi.

Pagi itu, sebuah ledakan mengguncang kamp pengungsian. Orang-orang berteriak, berlarian mencari perlindungan. Elziva, yang sedang memeriksa pasien, hampir terjatuh karena getaran keras itu.

"Dokter, keluar dari sini sekarang!" suara Kinan memerintah, penuh urgensi.

Namun, Elziva menggeleng. "Saya tidak bisa meninggalkan mereka!"

Kinan mengumpat pelan, lalu tanpa peringatan mengangkat tubuh Elziva, membawanya keluar dari klinik. Begitu mereka mencapai tempat yang lebih aman, ia menurunkannya dengan kasar.

"Kamu gila?" bentaknya, suaranya penuh kemarahan yang tertahan. "Kalau kamu mati, siapa yang akan merawat mereka?"

Elziva menatapnya, terkejut oleh intensitas emosinya. Namun, di balik kemarahan itu, ia melihat sesuatu yang lain—ketakutan.

"Kapten," jawabnya pelan, mencoba menenangkan. "Saya tidak bisa meninggalkan mereka. Itu tugas saya."

Kinan menghela napas panjang, lalu mengalihkan pandangannya. "Tugas kita adalah bertahan, Dokter. Itu yang terpenting."

Meskipun nada bicaranya masih dingin, Elziva tahu bahwa di balik kata-katanya ada kekhawatiran yang tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun