Mohon tunggu...
Ella Elistiani
Ella Elistiani Mohon Tunggu... Seniman - hanya mahasiswa yang sedang belajar :)

Hai :) Selamat membaca, kreasikan pikiranmu dengan seni menulismu, buka wawasanmu dengan membaca setiap waktu. Salam Literasi!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Juara 1 Cerpen Perkemahan PTA FIP UNNES 2020

4 November 2020   16:47 Diperbarui: 4 November 2020   16:52 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Persatuan Mematahkan Kebencian

(Ella Elistiani)

Terik siang membakar kulit. Angin panas bercampur keringat memambah suhu badan ini. Bumi seakan tidak menyuara, baik tenggorokanku saat ini, suaraku yang harus terkuras, tanganku yang tlah sulut dalam kelelahan, di bawah kibaran sang saka, di lapangan luas bersekat gedung sekolah letter U. 

Di sana aku di tempa, di bentak-bentak, di caci maki oleh kakak pendamping. Ini adalah latihan upacara pelantikan Dewan Ambalan yang terakhir. Dewan Ambalan adalah organisasi yang seru dan menantang di sekolahku, di mana tempat orang-orang kreatif berkumpul di sana. Dalam prinsip tersebut memiliki tujuan untuk membentuk karakter dan budi pekerti seseorang yang di namakan Praja Muda Karana (PRAMUKA) yang artinya adalah pemuda-pemuda kreatif pembawa perubahan, maka dari itu aku tertarik dan ikut andil didalamnya.

            " Siap......... Grak" fahmi sebagai kakak pendamping mengambil alih barisan. Setelah hampir 2 jam kami ini berlatih dilapangan, kini aku tengah berada di depan 3 keping seng yang berputar oleh aliran listrik yang menyejukan suhu tubuh ini. Semua terasa menyenangkan karena kami selalu bersama, makan bersama, tidur bersama, main bersama, tertawa bersama, nangis bersama, kalau cuma ada satu makanan, kita korsa. Semua terasa indah dan akan menjadi kenangan yang tak terlupakan, walaupun tempaan adalah makanan kami setiap harinya, tetapi kami tetap satu.

"Lis ! ayo...... pulang nggak ?" teriak parta dari balik ruang musik sekolah.

"Iya tunggu bentar. Aku siap-siap dulu." Jawabku langsung merapikan barang-barangku.

"Cepetan, keburu hujan." Parta menghampiriku.

"Ayo pulang." Jawabku bersemangat dari dalam ruangan berukuran 7 x 10 m itu.

Aku dan Parta pulang bersamaan, sudah dari dulu aku dekat dengan Parta, aku merasa ia adalah orang yang istimewa. Ia selalu mengerti keadaanku, ialah sosok penghibur dalam dukaku. Kebetulan sekarang di sekolah sering pulang sore, sama dia. Ia latihan musik dan aku latihan pramuka, makanya kami menjadi sangat akrab karena sering bersama ketika pulang, kadang aku yang menunggunya dan kadang ia yang menungguku.

Setelah sekian lama kami dibimbing, dibina, dilatih tanpa kenal lelah. Kini saatnya pelantikan Dewa Ambalan SMA N 1 SAGA. Suasana begitu hening, tampak di tengah lapangan, segentong air bercampur kembang warna-warni di sekelilingnya pula telah di saksikan oleh ke-2 kamabigus, Pembina gudep, dan teman-teman anggota pramuka. 

Aku diantara barisan rapi ditepi lapangan dibanjar pertama paling depan dengan rasa senang yang  mengharukan akan hari sakral berkat perjuangan selama ini. MC memulai membuka upacara pelantikan Dewan Ambalan SMA N 1 SAGA, hatiku terasa haru, suhu tubuhku panas dingin, hatiku mulai gugup jika nanti memasuki acara inti.

"Pelantikan Dewan Ambalan SMA N 1 SAGA. Peserta dimohon merapatkan barisan." MC membacakan dengan lantang. Hatiku semakin berdebug kencang, saat kaki ini mulai melangkah, aku menikmati semuanya. "Bismillahirohmanirrohim, kami berjanji akan bersungguh-sungguh akan setia dan bertanggung jawab atas Ambalan ini." Tepuk tangan yang meriah mengakhiri ikrarnya atas embun-embun kami dengan pelan, aku merasa tenang, aku merasa bahagia dan terharu, aku tak percaya, aku telah menjadi keluarga besar Dewan Ambalan. Seakan tak tersisa, air mata telah membasahi pipi kami. Upacara berlangsung khidmat pada hari jum'at nan sejuk ini.

...

Sore yang cerah aku menempati lorong kelas yang kosong, sunyi, hanya desikan daun yang berhembus angin yang terdengar, aku melangkah menuju basecamp favoritku.

"Dah selesai Lis, latihannya?" tanya parta yang menghentikan langkah kakiku.

"Alhamdulillah, kegiatan pramuka hari ini cukup menyenangkan." Sahutku dengan cepat yang mengekspresikan rasaku saat itu.

"Tumben udah hening, biasanya masih brisik sama bass dan senarmu itu." Tambahanku dengan sedikit candaan.

"Situkang gitar nggak berangkat soalnya."

"Siapa ? Si gembul itu po ?"

"Iyalah siapa lagi."

"Emang kenapa itu si gembul ?"

"Lagi sakit katanya, gara-gara kemarin kehujanan."

"Huh, dasar itu anak bisa sakit juga ya, ha ha ha....."

" ha ha ha......ya bisa lah, kamu pikir dia fir'aun yang ngga punya sakit !"

"Dih, sok tahu lu, udah kyak ahli sejarah islam aja."

Tawa kami pecah dan menggema diseluruh koridor ruangan, karena hanya ada kami berdua diruangan itu.

"Mau pulang kapan nih?" Parta mengakhiri candaannya.

"Nanti dulu, aku mau ke basecamp bentar." Tanggapku pelan.

"Oke aku tunggu ya !" Parta menawariku.

Aku hanya tersenyum sembil mengacungkan jempul tanda setuju dan perlahan meninggalkan Parta dari bilik pintu ruang musik.

"Hei Lis! kemana aja kamu!" nada ketua Dino menyambut kedatanganku

"Ya dari latihan sama adek-adek lah, masa dari langit." Jawabku sewot.

"Udah nggak ikut rapat, Malah ngeles lagi." Tambahan Yuda yang membuat emosiku naik pitam.

"Ya mana aku tahu, orang nggak ada yang bilang." Jawabku dengan sewot lagi.

"Makanya jangan ngilang-ngilang terus, punya hp itu di pa......"

"Sudah-sudah, kalian malah ribut disini, kalian itu sudah besar, sudah bantara, seharusnya kalian saling melengkapi, bukan seperti anak TK." Lerai Dina nenangin pertikaianku dengan Yuda.

"Sekarang kalian saling minta maaf."

Akhitnya Dina mencairkan suasana, aku dan Yuda kemudian berjabat tangan.

"Besok kita rapat ya, untuk membahas kegiatan yang akan kita lakukan 1 bulan kedepan."

Tolong dipersiapkan segala pikiran dan ide-idenya ok." Kata Kak Dino dengan raut muka datarnya.

"Oke.... Insyaallah besok aku akan hadir kak." jawabku datar.

Kak Dino meninggalkan kami tanpa seucap katapun, hanya senyum yang turut hilang dibalik rambut hitam klimis dengan baret yang membuatnya semakin gagah. Akupun menghilang dibalik pintu basecamp meninggalkan kak Yuda yang ketus itu.

...

Ruang aula depan terbuka, tempat segerombolan praja muda karana sibuk membicarakan sesuatu.

"Berarti besok kita akan mengumumkan pembagian sangga berdasarkan apa yang telah aku tulis ini. Oke nanti aku tempelkan di papan pengumuman setiap sudut kelas." Terangku singkat.

"Tulisanmu? itu aku yang buat bro...." protes Yuda karena tidak terima dengan peneranganku.

"Eh, enak saja, kapan kamu buat, Cuma ngetik-ngetik nggak jadi aja bangga !" sahutku sewot tidak terima.

"Sudah-sudah kalian itu sudah besar, malu dong kalau kaya gitu terus." Terang kak Fahmi mengendalikan suasana tegang.

"Udah sekarang terserah kalian, terserah kakak-kakak semua, kalau emang aku udah nggak dipercaya untuk ini, kerjaku tak di hargai, sia-sia aku memikirkannya." Aku lari menjauh dari forum itu karena tak sanggup menahan air mata ini. Yuda begitu keterlaluan, dia membuatku malu di mata kakak-kakak semua termasuk kak Fahmi sebagai pembimbing Dewan Ambalan ini. Aku menangis tersedu dibalik pintu kamar mandi, tak ada yang menenangkanku sampai akhir forum itu, saat itu aku mulai membenci Yuda.

...

Jam dinding berputar tanpa henti, tak memperdulikan insan bergerak atau diam membisu. Hari-hari telah berlalu dengan cepat. Kami biasa berlatih setiap hari jum'at sore. Kami jalani kerja sesuai dengan prosedur yang sudah ada. Alhamdulillah kegiatan berjalan dengan baik, hanya sedikit konflik ringan penguji kesabaran kami dan meningkatkan solidaritas kami. Tapi aku masih merasakan kebencian ini, aku belum bisa memaafkan perlakukan Yuda beberapa minggu yang lalu.

Kami memiliki program kerja mengadakan kemah Penerimaan Tamu Penegak. Butuh persiapan banyak untuk menyukseskan kegiatan ini. Kamipun mulai membentuk kepanitiaan dari sekarang. Terpilihlah kak Yuda sebagai ketua panitia dan kak Risky sebagai wakilnya, dan aku menjadi sekretaris bersama dengan kak Desi, serta dibentuk seksi-seksi lainnya. Perasaanku tak enak, kenapa harus kak Yuda yang menjadi ketua dan aku menjadi sekretaris.

"Apakah mungkin ini akan berjalan?" batinku dengan rasa kesal, aku mengutuki diriku sendiri.

...

Berbagai rapat telah kami lalui, kesepakatan telah bulat untuk kemah diadakan minggu depan. Tetapi ada satu yang mengganjal yang tak diketahui oleh kami, ternyata ada pihak lain yang akan merusak kegiatan ini. Kamipun bingung, ternyata dia ingin mengubah hasil dari kesepakatan kami saat ini. 

Di adalah pembantu Pembina yang sombong itu, dia tidak akrab dengan kami Dewan Ambalan Bantara, bahkan ia menganggap kami sebagai penghalang baginya karena ia ingin berkuasa dan dipandang oleh kak Pembina, ia berusaha menjauhkan kami. Diam-diam ia sudah mengajukan proposal ke Pak Santo selaku Waka kesiswaan, ia mendahului kami. 

Hal ini diketahui ketika aku dan kak Yuda dipanggil oleh Pak Santo untuk menghadapnya. Lalu kami sepakat untuk mengadakan rapat besar yang diwakili oleh kepanitiaan inti kemah, Kak Harto sebagai kakak Pembina, pembantu Pembina, kak Fahmi sebagai pendamping kami dan kak Santo sebagai wakil kesiswaan, kami semua akan membahas dan memutuskan atas kegiatan yang akan kami selenggarakan.

...

Iqomah masjid SMA N 1 SAGA telah berkumandang, suaranya keras terdengar sampai basecamp pramuka kami. Siswa putra beragama islam turut bersih dikelas muapun lapangan karena tengah mendirikan sholat jum'at 2 raka'at, sedangkan siswa putri ikut bimbingan wanita diaula depan. Tapi kali ini aku tidak ikut karena aku sedang mempersiapkan data-data untuk rapat nanti sore. 

Diruang yang banyak gambar tunas kelapa dan sebingkai foto Boden Powell terpajang dibawah jam kenang-kenangan Raimunas 2017 lalu. Aku sibuk sendiri dengan laptop dihadapanku dan setumpuk berkas-berkas disampingnya.

Pukul 13.00

"Prit, prit, prit, priiiit......prit, prit, piriiiiit......" adik-adik penegak berbaris rapi ditengah lapangan. Apel pembukaan dibuka oleh kak Bagas. Kegiatan berjalan seperti jum'at biasanya. Suasana begitu menyenangkan. Dibawah pohon cemara terdapat kak Egi sedang mengajari semaphore, didepan tiang bendera terdapat kak Dino sedang mengajari cara menaksir tinggi dan kak bagas mengajari PBB di lapangan. Kegiatan begitu asyik dibawah langit mendung sore ini.

"prit, prit, priiit..." 15 menit terakhir waktu latihan akan habis. Semua peserta kembali berbaris di lapangan. Keringat peluh membasahi sekujur para penegak ini, tetapi nyanyian yel-yel mereka melupakan rasa lelah itu.

Kini waktunya pengumuman tentang kegiatan kemah minggu depan. Saat kak Harto selesai membacakan keputusannya, adik-adik penegak bersorak gembira dengan kabar itu, mereka terlihat senang dan ceria. 

Kegiatan ditutup dengan apel penutupan. Setelah semua di bubarkan, aku, kak Yuda, kak Desi, kak Risky, dan kak Dino ikut rapat mewakili Dewan Ambalan dengan kakak-kakak atasan lainya. Suasana hening seketika kami masuk ruangan waka ini. Langkah demi langkah kami sampai terdengar menggema seruangan bergantian dengan detikan jam disisi kanan koridor.

Pak Santo membuka rapat ini. Kami langsung membahas intinya, kak Yuda telah menyampaikan teknis dan pelaksanaannya sedetail mungkin, kemudian dari pihak pembantu Pembina pun juga, terjadilah perdebatan diantara kami yang hampir membuatku menangis karena pembantu Pembina itu sangat licik melebihi jahatnya Yuda padaku. Tetapi Yuda membelaku dan kak Yuda pula yang menenangkanku. Sungguh pada waktu itu aku baru melihat kak Yuda seperti itu, dia begitu baik kepadaku.

Setelah hampir 60 menit kami berbincang, kini telah diputuskan bahwasanya kegiatan kemah besok menggunakan teknis dan pelaksanaan kami Dewan Ambalan, dan pembantu Pembina itu malu sendiri dihadapan kami semua. Ia ter-skak tidak dapat menjelaskan detail-detail kegiatannya karena ternyata berkas-berkas yang ia buat hanyalah copy-an dari kegiatan Ambalan milik orang lain. Kami merasa tenang karena semua telah terselesaikan.

"Listy !" panggil Parta dari kejauhan.

"Iya." Aku menghampirinya.

"Kamu kemarin kemana sih? aku cari dibasecamp nggak ada,dilapangan juga nggak ada? dikelas nggak ada? trus aku pulang, tapi kata ibu kamu belum pulang?" ucap Parta dengan raut wajah khawatir.

"Oh maaf ya, membuatmu cemas, kemarin aku baru rapat diruangan waka, maaf juga ya, nggak ngasih tahu kabar kamu dulu." Terangku menjelaskan.

"Oh......Tak kirain kamu ilang!" Parta mulai memainkan kata-kata.

"Enak aja, emang aku anak kecil!" protesku sewot.

Tawa kami mulai pecah ketika kami mulai memainkan kata-kata konyol.

"Parta, nanti kamu pulang duluan aja ya, soalnya aku masih ada tugas buat kemah besok."

"Oke, kamu juga jangan kelamaan pulangnya ya."

"Siap ndan! salam buat mamaku." Jawabku dengan hormat kepada Parta.

Minggu ini aku mulai jarang bersama Parta, aku lebih sering di basecamp dengan kak Yuda karena kami harus menyesaikan secepat mungkin. Disini aku mulai akrab dengan kak Yuda. Ketika lelah mulai melanda, kami membuat hiburan sendiri, kami sering ketawa, bercanda, terbahak-bahak bersama-sama, kadang saat aku lagi gabut, aku banyak menumpahkan cerita hidupku padanya, dia pun seperti itu, senja di basecamp, kamipun pulang bersama, kak yuda mengantarku sampai rumah.

...

Jum'at 09 september 2020, kemah penerimaan tamu penegak ke-XII SMA N 1 SAGA dibuka. Upacara pembukaan berlangsung dengan meriah oleh Kamabigus sebagai Pembina upacara. Tenda-tenda telah terpasang di lapangan tanah, bendera merah putih dan panji-panji ikut menyaksikannya. 

Aku dan kak Yuda memandanginya dari pioneering menara pandang yang kami buat. Suasana terasa indah tak terlupakan, semua berkat kerja keras Dewan Ambalan selama persiapan yang melelahkan, menghabiskan waktu dan tenaga, tapi tak sia-sia, aku dan kak Yuda tersenyum lebar menikmati kesuksesan kegiatan ini.

"Alhamdulillah, kegiatan berjalan dengan lancar sesuai prosedur yang ada, aku bangga denganmu kak, andai kamu tak menentang pembantu Pembina, mungkin acara ini tak semeriah sekarang, aku salut denganmu kak, terimakasih ya, kamu telah menanangkanku, kamu telah menemaniku mengerjakan tugas-tugas pramuka ini."

"Bukan hanya aku, tapi kita semua, kita semua yang telah membuat pramuka ini menjadi hidup, berkat semangat dan tujuan kita untuk berubah, menjadikan pramuka ini menjadi tiang bangsa, melahirkan jiwa-jiwa kreatif dan nasionalisme. Kita harus terus bersama seperti ini Lis, kita adalah akar-akar negeri. Kita tumbuhkan pemuda-pemuda hebat, kita topang negara ini. Kita satu padukan bangsa ini." Tutur kak Yuda membuatku semakin terkagum-kagum padanya.

"Kak..... maafkan aku, maafkan Listy yang telah salah menilai kakak, ternyata rasa persatuan mengalahkan kebencian seperti halnya tanaman talas, daunnya tak mau disentuh air tetapi tubuhnya membutuhkan air." Ucapku tenang menghanyutkan. Angin sore berhembus kencang, dingin meniup rambut kak Yuda yang tak berbaret. Kak Yuda pun membalas maafku dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya sore itu. Kami menikmati indahnya perkemahan dibawah langit senja yang kemerah-merahan.

-selesai-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun