Mohon tunggu...
Ella Zulaeha
Ella Zulaeha Mohon Tunggu... Self Employed -

Jadikan sabar dan sholat senagai penolongmu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Biblioterapi: Penghalau Galau dan Depresi

20 Mei 2012   22:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:02 1855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_178146" align="aligncenter" width="509" caption="Ilustrasi: http://www.rumahpintar-kembar.com"][/caption]

Dalam hidup, kita tak akan lepas dari yang namanya masalah, baik itu masalah eksternal (lingkungan) maupun masalah internal (psikologis). Tak jarang masalah yang membelit, mudah menyebabkan kita galau, stress dan depresi.

Di saat-saat seperti itu biasanya kita membutuhkan seseorang sekedar untuk mendengarkan keluh kesah kita. Bahkan ada juga mereka yang rela mengunjungi seorang psikolog atau psikiater untuk berkonsultasi. Tak hanya itu saja, bagi sebagian orang, masalah yang terlalu dalam menyerang hati mereka, bisa mereka tumpahkan dengan cara menulis ataupun membaca.

Lantas bagaimana jika tak ada satupun orang yang bisa kita percayai untuk mendengarkan cerita kita? Ketika perasaan sedih, sendiri, terluka dan hampa itu menyerang, kita hanya bisa menikmatinya seorang sendiri, tanpa kita sadari, ternyata kita tengah mengalami kegalauan yang dalam, stress dan depresi karena harus menanggung masalah seorang diri. Ingin rasanya berteriak, menumpahkan segala kesal dan rasa sesak di dada.

Dalam kondisi stress dan depresi seperti itu, merupakan naluri alamiah manusia mencari sesuatu agar mereka terhindar dari stres yang membelenggu. Namun tak jarang sebagian dari kita justru mencari pelarian sesaat atau pelampiasan kepada hal-hal yang sifatnya merusak diri, seperti mengkonsumsi narkoba, hingga nekat berbuat vandalisme (kejahatan).

Sangat disayangkan bila kita sampai terjerumus melakukan hal-hal yang bisa merusak dan merugikan diri kita. Padahal masih ada cara lain yang lebih murah dan mudah untuk mengatasi beban masalah yang menjerat kita yaitu dengan sebuah terapi kejiwaan. Terapi kejiwaan ini dikenal dengan nama "Biblioterapi", yaitu suatu terapi kejiwaan dengan menggunakan bantuan buku.

Di sinilah kita akan mengakui betapa kekuatan sebuah buku mampu menjadi terapi bagi kesehatan jiwa kita. Kemudian akan timbul pertanyaan, apakah hubungannya masalah kejiwaan dengan buku? Ketahuilah bahwa dari buku kita bisa mendapatkan banyak hal, antara lain ilmu pengetahuan, informasi, hiburan, dan banyak lagi manfaat yang bisa kita peroleh dari sebuah buku.

Mengapa buku? Buku merupakan benda yang sangat praktis dan simple. Kita bisa membawa dan membacanya kapanpun, dimanapun, dan dalam suasana apapun yang kita mau. Melalui buku kita bisa mempelajari banyak hal. Kita bisa bercermin bagaimana diri kita, mengetahui banyak hal tentang dunia luar, serta mempelajari pengetahuan dan pengalaman orang lain. Buku jua lah yang banyak membantu kita memahami akan arti hidup serta permasalahannya. Biblioterapi ini sangat membantu penderita stres atau depresi yang sulit mengungkapkan permasalahannya secara verbal.

Biblioterapi telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno, tepatnya di atas gedung Perpustakaan Thebes terdapat patung yang melukiskan orang yang tengah bosan dan dibawahnya.  Terdapat manuskrip yang berbunyi "the healing place of the soul" (tempat penyembuhan jiwa).

Biblioterapi berasal dari kata "Biblion" dan "Therapeia". Biblion berarti buku atau bahan bacaan, sedangkan Therapeia artinya penyembuhan. Jadi, Biblioterapi berarti upaya penyembuhan lewat buku. Bahan bacaan berfungsi untuk mengalihkan orientasi dan memberikan pandangan-pandangan yang positif sehingga menggugah kesadaran penderita untuk bangkit menata hidupnya.

Ide terapi melalui bacaan ini berasal dari Plato. Menurutnya, orang dewasa sebaiknya menyeleksi cerita dan kisah yang diperdengarkan kepada anak-anak mereka, sebab hal tersebut dapat menjadi contoh bagi cara berpikir dan perilaku anak di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun