Hal ini adalah salah satu alasan mengapa tes MBTI tidak disarankan untuk digunakan sebagai tes seleksi bagi calon karyawan perusahaan karena tidak menunjukan kelemahan seseorang dan tidak fokus pada cara pengembangan diri.
Penyalahgunaan, kesalah pahaman dan salah persepsi tentang kebutuhan tes kepribadian harus ditangani terutama oleh para ahli, praktisi, dan tenaga pendidik.Â
Mereka adalah pihak-pihak yang harus benar-benar memperhatikan penggunaan instrumen tes kepribadian sehingga hasil yang diperoleh akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.Â
Sedangkan untuk masyarakat awam, disarankan untuk tidak langsung percaya pada hasil tes kepribadian jenis apapun yang beredar di internet demi menghindari miskonsepsi atau salah paham, karena belum tentu jenis-jenis tes kepribadian tersebut telah teruji secara ilmiah dan dapat digunakan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Jika ingin mendapatkan hasil tes kepribadian atau psikotes yang valid dan sesuai kaidah ilmiah, ada baiknya untuk langsung berkunjung ke psikolog.
Referensi:
Pittenger, D. J. (1993). Measuring the MBTI and coming up short. Journal of Career Planning and Employment, 54(1), 48-52.
Stein, R., & Swan, A. B. (2019). Evaluating the validity of MyersBriggs Type Indicator theory: A teaching tool and window into intuitive psychology. Social and Personality Psychology Compass, 13(2), e12434.
Choong, E. J., Varathan, K. D. (2021). Predicting judging-preceiving of Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) in online social forum. PeerJ:e11382.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H