Mohon tunggu...
Eliza Agatha
Eliza Agatha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MBTI, Validkah?

26 November 2021   16:26 Diperbarui: 29 November 2021   00:15 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan ilmu psikologi pada era modern saat ini sangat pesat karena adanya penemuan dan pengembangan teknologi-teknologi canggih yang mendukung penelitian, sehingga penemuan atau teori baru dalam ilmu psikologi dapat diterima secara ilmiah karena didasari oleh penelitian-penelitian dan fakta-fakta yang sudah terbukti validitasnya. 

Bagi sebagian besar orang, ilmu psikologi dianggap menarik karena mempelajari karakteristik dan mental manusia. Beberapa instrumen dan teori ilmu psikologi juga sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh orang-orang karena dianggap 'keren' dan 'kekinian'. Namun, orang awam sering salah paham dan kesulitan membedakan teori psikologi yang ilmiah dengan yang tak ilmiah (pseudoscience).

Salah satu instrumen psikologi yang paling sering ditemukan dan diminati oleh masyarakat luas adalah tes kepribadian. Saat ini, kita bisa menemukan berbagai jenis tes kepribadian di internet. 

Tes yang diberikan sangat beragam, mulai dari kuis, menganalisa suatu gambar, bahkan ada yang mengklaim tanggal lahir seseorang dapat berpengaruh pada kepribadiannya. Belakangan ini, ada satu jenis tes kepribadian yang sedang populer karena sering digunakan oleh artis-artis Korea Selatan. 

Apakah itu? Jawabannya adalah MBTI. Akibatnya, para penggemar artis-artis ini pun penasaran dan ingin mencoba mengikuti tes MBTI untuk mengetahui jenis kepribadian mereka. Selain itu, tes MBTI juga banyak disebarkan di berbagai sosial media sehingga banyak netizen yang penasaran dan turut mencobanya.

Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) adalah sebuah tes kepribadian yang dirancang untuk mengidentifikasi kepribadian seseorang (Kerwin, 2008). MBTI ditemukan pada tahun 1940-an oleh Isabel Briggs Myers dan ibunya, Katheryn C. Briggs (Pittenger, 1993). 

MBTI menggunakan empat pasang dikotomi sifat untuk membuat 16 kategori kepribadian manusia. Keempat pasang dikotomi tersebut adalah  Extraversion-Introversion (E-I), Sensing-Intuition (S-N), Thinking-Feeling (T-F), and Judging-Perceiving (J-P). Nantinya, hasil dari tes kepribadian ini akan berupa kombinasi dari keempat  pasang dikotomi tersebut. 

Misalnya, hasil tes seseorang menunjukkan bahwa ia cenderung introvert/I, intuisi/N, perasa/F, dan juri/J, maka ia akan digolongkan sebagai kepribadian INFJ. Banyak orang di seluruh dunia yang akhirnya menggunakan tes kepribadian ini sebagai acuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain. 

Hasil tes MBTI juga sering digunakan oleh orang-orang untuk mencari jenis karir yang sesuai untuk mereka. Beberapa perusahaan juga menggunakan tes ini untuk menyeleksi calon karyawan.  

Sayangnya, MBTI dinilai kurang akurat dan menuai kritik dari para ahli  karena kurangnya reliabilitas dari tes kepribadian ini. MBTI dibuat bukan oleh peneliti, namun oleh seorang penulis dan anaknya yang tidak memiliki pendidikan formal terhadap ilmu psikologi dan hanya mempelajari jenis kepribadian manusia secara otodidak melalui buku-buku, sehingga indikator tes MBTI tidak dapat diuji validitasnya. 

Selain itu, hasil tes MBTI juga mudah berubah-ubah sesuai dengan suasana hati saat itu, artinya hasil MBTI hanya berdasarkan dari persepsi pribadi seseorang (Stein & Swan, 2019). MBTI juga hanya terfokus pada sisi positif dalam kepribadian seseorang. 

Hal ini adalah salah satu alasan mengapa tes MBTI tidak disarankan untuk digunakan sebagai tes seleksi bagi calon karyawan perusahaan karena tidak menunjukan kelemahan seseorang dan tidak fokus pada cara pengembangan diri.

Penyalahgunaan, kesalah pahaman dan salah persepsi tentang kebutuhan tes kepribadian harus ditangani terutama oleh para ahli, praktisi, dan tenaga pendidik. 

Mereka adalah pihak-pihak yang harus benar-benar memperhatikan penggunaan instrumen tes kepribadian sehingga hasil yang diperoleh akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. 

Sedangkan untuk masyarakat awam, disarankan untuk tidak langsung percaya pada hasil tes kepribadian jenis apapun yang beredar di internet demi menghindari miskonsepsi atau salah paham, karena belum tentu jenis-jenis tes kepribadian tersebut telah teruji secara ilmiah dan dapat digunakan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Jika ingin mendapatkan hasil tes kepribadian atau psikotes yang valid dan sesuai kaidah ilmiah, ada baiknya untuk langsung berkunjung ke psikolog.

Referensi:

Pittenger, D. J. (1993). Measuring the MBTI and coming up short. Journal of Career Planning and Employment, 54(1), 48-52.

Stein, R., & Swan, A. B. (2019). Evaluating the validity of MyersBriggs Type Indicator theory: A teaching tool and window into intuitive psychology. Social and Personality Psychology Compass, 13(2), e12434.

Choong, E. J., Varathan, K. D. (2021). Predicting judging-preceiving of Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) in online social forum. PeerJ:e11382. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun