Mohon tunggu...
Novia Elita
Novia Elita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seseorang yang cerewet dan akan terus begitu . suka sapi , doraemon dan seahorse . blog writer http://elitanov.blogspot.com/ berusaha jadi penulis yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir Penantian

24 Desember 2012   05:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:07 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ku ambil kotak sepatu berlapis kertas berwarna biru di bawah tempat tidur. Ku buka dan ku ambil satu kelopak mawar putih yang sudah mengering dari sebuket mawar yang diberikan oleh kekasihku sebelum dia pergi berjuang ke Palestina.

"Kapan pun kamu merindukanku, ambil satu kelopak bunga ini dan bisikkan kata untukku, lalu kau hanyutkan di air agar sampai kepadaku"

"Bolehkah aku mengirim pesan untukmu sebanyak daun mapple yang berguguran di depan rumah?"

"Kapanpun, dan sebanyak apapun yang kamu mau. Aku akan kembali sebelum kau menghabiskan kelopak mawarmu yang terakhir"

Sudah lewat 3 hari dari hari kepulangan yang ia janjikan. Kupandangi sebatang mawar yang tersisa dari puluhan mawar tak berkelopak yang kelopaknya sudah habis kuhanyutkan. Ku ambil satu kelopak mawar dan bergegas memakai mantel kemudian berjalan cepat menuju sungai kecil dekat Lincoln Park.

"Aku merindukanmu, dear. Cepatlah kembali..."

Ku pandangi kelopak mawar yang semakin menjauh. Pelan-pelan ku mulai berjalan kembali ke rumahku yang berjarak 4 blok dari sini. Ratusan pikiran negatif bergantian menyesaki otakku yang segera kutepis dengan mulai berlari kecil.

Kulihat seorang yang tak asing berdiri di muka rumahku, masih memakai seragam army.

"Hei, Anna"
"Oh hei, Chris. Apa kabar?"
"Baik. Ini, ada titipan dari John untukmu" sambil menyodorkan supucuk surat yang langsung kuterima
"Aku permisi dulu, An. Sampai jumpa lagi"
"Terima kasih banyak, Chris. Sampai jumpa lagi"

Lama ku tatap namaku di amplopnya yang putih bersih. Tulisan tangan John yang khas, mendadak meluapkan semua kerinduanku. Pertahanan yang selama ini kubangun akhirnya runtuh juga dengan tetesan air mataku.

Perlahan kurasakan sebuah tangan hangat memegang bahuku.

"John!"
"Aku pikir kau tidak akan kembali lagi"
"Anna, aku sudah berjanji kalau aku akan kembali sebelum kau menghabiskan kelopak mawarmu"
Aku tak sanggup lagi berkata-kata. Aku hanya ingin terus merasakan hangat pelukannya dan jemarinya yang mengelus pelan kepalaku sambil memainkan ujung rambutku.
"Oh iya, sudahkah kau baca suratku?"
"Belum. Aku takut. Aku takut kau akan menyuruhku menunggu lebih lama lagi"
"Jangan berpikiran buruk, An. Coba kau baca sekarang" perintahnya pelan

Ku keluarkan secarik kertas yang terlipat rapi. Kulihat sebaris kalimat dengan tinta hitam "will you marry me"

Mendadak semua kelopak mawar yang kuhanyutkan kini kembali menjadi setangkai mawar utuh. Seluruh penantianku, harapanku, tidak sia-sia. Ku pandang dia jauh ke dalam matanya, dan tersenyum "I will"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun