Ku ambil kotak sepatu berlapis kertas berwarna biru di bawah tempat tidur. Ku buka dan ku ambil satu kelopak mawar putih yang sudah mengering dari sebuket mawar yang diberikan oleh kekasihku sebelum dia pergi berjuang ke Palestina.
"Kapan pun kamu merindukanku, ambil satu kelopak bunga ini dan bisikkan kata untukku, lalu kau hanyutkan di air agar sampai kepadaku"
"Bolehkah aku mengirim pesan untukmu sebanyak daun mapple yang berguguran di depan rumah?"
"Kapanpun, dan sebanyak apapun yang kamu mau. Aku akan kembali sebelum kau menghabiskan kelopak mawarmu yang terakhir"
Sudah lewat 3 hari dari hari kepulangan yang ia janjikan. Kupandangi sebatang mawar yang tersisa dari puluhan mawar tak berkelopak yang kelopaknya sudah habis kuhanyutkan. Ku ambil satu kelopak mawar dan bergegas memakai mantel kemudian berjalan cepat menuju sungai kecil dekat Lincoln Park.
"Aku merindukanmu, dear. Cepatlah kembali..."
Ku pandangi kelopak mawar yang semakin menjauh. Pelan-pelan ku mulai berjalan kembali ke rumahku yang berjarak 4 blok dari sini. Ratusan pikiran negatif bergantian menyesaki otakku yang segera kutepis dengan mulai berlari kecil.
Kulihat seorang yang tak asing berdiri di muka rumahku, masih memakai seragam army.
"Hei, Anna"
"Oh hei, Chris. Apa kabar?"
"Baik. Ini, ada titipan dari John untukmu" sambil menyodorkan supucuk surat yang langsung kuterima
"Aku permisi dulu, An. Sampai jumpa lagi"
"Terima kasih banyak, Chris. Sampai jumpa lagi"
Lama ku tatap namaku di amplopnya yang putih bersih. Tulisan tangan John yang khas, mendadak meluapkan semua kerinduanku. Pertahanan yang selama ini kubangun akhirnya runtuh juga dengan tetesan air mataku.
Perlahan kurasakan sebuah tangan hangat memegang bahuku.