"Nik..." Sandra meraih tangan Niko.
"Gue turut berduka cita, sori gue nggak bisa datang di pemakaman. Yang tabah, Nik..." ucap Sandra hati-hati.
Pemakaman? Siapa yang meninggal? Manda tambah bingung.
"Thanks, San... Sebenernya gue juga mau mbatalin acara ini, seperti nggak adil banget."
Diam sesaat.
"Tapi gue harus profesional. Semuanya udah beres, tiket juga udah terjual. Nggak mungkin buat dibatalin," mata Niko mulai nanar.
Sandra menguatkan pegangan tangannya.
"Semua sudah digariskan, Nik. Biarkan Manda damai di alamnya.:
Manda kembali terhenyak. Sejenak dia mencoba memahami apa yang diucapkan Sandra. Dan begitu Manda tersadar, semua persendiannya lemas tak bertenaga.
Ingatannya menerawang pada peristiwa satu minggu silam. Ketika sebuah truk menabraknya dari belakang Baleno yang dibawanya. Pertengkaran dengan Niko membuat Manda pulang meskipun cuaca kurang bersahabat malam itu. Dan terjadilah peristiwa tragis yang merenggut jiwanya.
Manda menengadah, sesaat ia menatap Sandra dan Niko yang masih terus berbincang. Tapi kali ini Manda benar tidak dapat memahami apa yang dibicarakan keduanya. Hanya mulut mereka yang terlihat bergerak-gerak dengan sesekali melemparkan senyuman. Ditariknya nafas dalam-dalam tapi seolah tidak dapat dilakukannya lagi. Bukankah orang mati tidak bernafas? Manda mencibir.