Anakku: Ma, tahu nggak kepanjangan GAFATAR?
Mama: Ya tahu dong.
Anakku: Apa?
Mama: Gerakan Fajar Nusantara
Anakku: Salah
Mama: Eh, kok salah?
Anakku: Yang benar, Gak Afa-afa ntar
Mama: Itu sih Kamu, kalau disuruh mama, jawabnya gitu!
Itulah sepotong percakapan saya dengan si bungsu, saat nonton pemberitaan dipulangkannya anggota Gafatar dari Mempawah Kalimantan ke daerah asal, di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Indonesia adalah kawasan luas yang memiliki aneka kekayaan nusantara yang berbeda. Dengan kata lain perbedaan yang ada di Indonesia adalah salah satu kekayaan yang HARUS dan WAJIB disyukuri. Seringkali PELANGI diambil sebagai perumpamaan. PELANGI terlihat indah karena kombinasinya warna berbeda. Itu juga yang menjadi semboyan negara kita BHINNEKA TUNGGAL IKA, berbeda-beda tapi satu.
Masalah kayakinan, menurut saya pribadi sangat individual. Artinya itu ranah pribadi. Menghormati Hak Azasi Manusia, maka setiap orang berhak meyakini, apa yang ingin diyakini. Persoalannya berbeda jika keyakinan tersebut disebar luaskan lalu mengajak ikut orang lain, baik dengan imbauan maupun dengan paksaan.
Terkait GAFATAR, Gerakan Fajar Nusantara, dianggap sebagai aliran sesat karena memberikan ajaran yang bertentangan dengan islam. Yang menjadi keheranan saya pribadi, kalau tahu itu bertentangan bahkan jauh dari ajaran islam, kok masih ada yang mau jadi pengikutnya? Bukan hanya ajaran yang menyimpang dari ajaran Islam. Ajaran yang menyimpang dari Kristen dan agama lainnya, kok masih ada yang mau mengikuti?
Analisa saya sederhana:
1. Yang mengajak, punya semacam kharisma
2. Yang mengajak pasti punya power
3. Yang mengajak punya uang
Karena dari pemberitaan yang saya ikuti, yang direkrut, PNS, dokter, Pegawai bank. Secara intelektual mustinya tidak “bodoh”. Dari segi usia juga matang. Contohnya dr. Rika. Profesi dokter, sudah menikah, sudah punya anak. Bagaimana komunikasi dengan suami? Bagaimana kehidupan rumah tangganya? Siapa relasi kerja sejawatnya?
Begitu hebatkah pesan ajakan yang diterima dr. Rika, sehingga bersedia meninggalkan pekerjaan dan suami juga keluarga lainnya? (dalam hal ini orangtua dan saudara-saudara serta kawan-kawannya). Janji-janji apa? Yang dijanjikan sehingga dr. Rika bersedia ikut dengan sukarela ke Kalimantan? Kalau nggak salah, dr. Rika meninggalkan pesan pada suaminya, agar tidak usah mencari dan meyakinkan suaminya ia nggak akan gabung dengan ISIS tapi akan berjuang di jalan Allah.
Sampai sini, saya mencoba mencari tahu yang dimaksud dengan berjuang di jalan Allah. Ternyata sangat luas banget pengertiannya. Bergantung pada keyakinan masing-masing. Tiap orang punya persepsi yang berbeda mengenai “Berjuang di jalan Allah”.
Saya ingin mengkaitkan dengan kematangan emosi. Kematangan emosi, terutama di kalangan remaja. Tapi yang direkrut sudah tidak remaja. Ada pepatah yang mengatakan Tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Aapa iya yang direkut GAFATAR itu tua-tua tapi belum dewasa?
Saya mencoba menganalisa dari sisi yang lain.
Tidak bahagiakah dalam pernikahan? Jika berniat menikah, walau dijodohkan. Orang yang sudah dewasa akan menjaga dan mempertahankan pernikahannya. Jika pernikahannya saja rela ditinggalkan, musti ada tanda tanya besar. Apa yang membuat tidak bahagia /puas dengan pernikahan? Hubungan suami-istri, komunikasi, pembagian tugas dan tanggung jawab? Apa semua itu tidak bisa dirembukkan? Dibahas/dibicarakan baik dengan pasangan atau dengan konselor pernikahan?
Tidak bahagiakah dalam pekerjaan? Situasi tempat kerja tidak kondusif? Penuh persaingan? Rekan kerja yang tidak kooperatif? Gaji di bawah standar? Target terlalu tinggi? Aturan perusahaan tidak jelas? Atasan tidak bisa diajak bicara? Di sebuah perusahaan kan ada baian HRD yang bisa diajak bicara/diskusi. Bahkan tidak sedikit situs-situs konsultasi di dunia maya.
Apakah dengan gabung dengan komunitas/ajaran semacam GAFATAR member solusi dari persoalan yang mereka hadapi?
Kalau iya, semua pihak perlu belajar dari GAFATAR. Bagaimana GAFATAR membangun system, memformulakan pesan ajakan, memformulakan cara beromunikasi, cara mempengaruhi dan lain-lain. Dan yang terpenting menawarkan penyembuhan luka psikhologis. Karena kebanyakan dari pengikut GAFATAR pernah mengalami kekecewaan. Siapa sih dalam hidup ini yang nggak pernah mengalami kekecewaan? Tidak semua hal bisa kita dapati karena itu jauh lebih baik mensyukuri apa yang sudah dimiliki daripada terus-terus menerus mencari sesuatu untuk memuaskan keinginan. Karena kalau ingin memenuhi yang namanya nafsu nggak akan pernah puas. Kepuasan bisa dicapai hanya dengan satu cara MENSYUKURI atas semua yang sudah dimiliki dan dicapai.
Tidak banyak yang bisa kita lakukan sebagai sesama manusia tapi bukan berarti tidak bisa berkontribusi. Kita tetap bisa menyebarkan pesan-pesan positif dan ajakan-ajakan mensyukuri hidup. Jangan tutup mata, tetaplah waspada dan peduli dengan lingkungan sekitar. Minimal diantara saudara dan kawan sendiri. Kepedulian kita bisa menyelamatkan, walau cuma satu orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H