Part 3
***
Menuju Rumah
Saat menelusuri jalan, tiba-tiba hujan datang. Akhirnya, kuputuskan menghentikan langkah kakiku di sebuah teras rumah warga. Sambil menunggu hujan reda, kucoba mencari kesibukan dengan sedikit bernyanyi.
Â
I can only imagine
Saya hanya bisa membayangkan
What it will be like
Seperti apa jadinya
When I walk by your side
Saat aku berjalan di sisimu
I can only imagine
Saya hanya bisa membayangkan
What my eyes will see
Apa yang akan dilihat mataku
When your face is before me
Saat wajahmu ada di hadapanku
I can only imagine
Saya hanya bisa membayangkan
I can only imagine...
Saya hanya bisa membayangkan...
Dan tak terasa akhirnya hujan pun reda, kutelusuri jalan dengan derap langkah kaki perlahan menuju tempat penungguan angkot. Saat itu, aku melihat sosok lelaki dengan perawakannya yang hampir kukenal berhenti tepat di sisiku.
"Hei, eh..sepertinya aku mengenalimu. Bukannya kamu itu gadis yang tadi menabrakku di sekolah, ya?" tanya dia memastikanku
" e..e.. iya ka, maaf" jawabku canggung
"heheh..tidak apa-apa, oh iya kamu ngapain di sini sendirian? Tanya dia
"aku lagi nungguin angkot, ka" ucapku
"ini sudah malam, sepertinya tidak akan ada lagi angkot. Kamu ikut aku saja, aku akan mengantarmu." ucapnya
Aku terdiam dan mencoba mencerna kata-katanya tadi. Tibai-tiba badanku bergidik, aku menggigil kedinginan. Aku melihat sorot matanya, kemungkinan hatinya mendadak bergerak sesuai naluri untuk memberikan jaket yang di pakainya padaku.
"nggak apa-apakah Ka, kalau aku mengenakan jaket kaka?" ucapku memastikan
"nggak apa-apa dik, ya udah cepatan naik!" Tegasnya
Di tengah perjalanan, dia bertanya padaku. " siapa namamu, dan rumahmu di mana, oh iya kamu juga kelas berapa?"
Astaga...pertanyaannya banyak sekali, bisikku. " namaku Delisha ka, kelas XI IPS- 1, aku tinggal di simpang 3" jawabku
"kamu kenal aku kan?" tanya dia padaku
Akupun menjawab bahwa aku kurang mengenalnya.
"aku Bastian kelas XII_IPS1, panggil saja Tian"
" iya ka"
" panggil nama aja Sha, biar akrab gitu" katanya
" e iya..ka Tian" balasku.
"Ti-aan. Jangan panggil kaka. Ini di luar sekolah kok" ucapnya kesal
"iya..iya deh, Tian. " balasku dengan terpaksa.
Hingga perjalanan kami pun sampai di simpang tiga, jalan ke arah rumahku. Akupun berkata " Turunin aku di sini, Tian. Itu rumahku yang warna putih."
"oke sha, siapp" balasnya
"kamu tidak mampir dulu?" tanyaku
"tidak usah, lain kali saja" balasnya
" ya sudah kalau begitu, terima kasih banyak yaa Tian. Hati-hati ya, jangan ngebut." Ucapku
"iya sha, sama-sama. Iya siapp!" balasnya dan dia pun berlalu dari hadapanku, hingga suara motornya tidak terdengar lagi.
Aku tersenyum, dan menatap ke langit. Thank You God untuk satu hari ini, atas petunjuk-Mu di luar dugaanku. Aku bersyukur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H