Mohon tunggu...
Madeleine Sophie
Madeleine Sophie Mohon Tunggu... Wiraswasta - Travel Consultant

Traveler | Travel consultant @eratour

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Konten Bisa Membuat Bisnis Melejit!

30 Oktober 2024   21:46 Diperbarui: 19 November 2024   18:00 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa Konten Bisa Bikin Bisnis Travel Agent Melesat? Ini Rahasianya!"

  

hai, Pada kesempatan kali ini, saya ingin membahas sebuah topik yang cukup penting bagi para pelaku bisnis pariwisata, yaitu mengenai konten dan peranannya dalam meningkatkan promosi bisnis travel.

Jadi, apa yang dimaksud dengan konten? 

Konten dapat berupa berbagai bentuk informasi yang kita bagikan secara digital, seperti gambar, video, artikel, atau postingan di media sosial. Lebih dari sekadar menampilkan produk, konten adalah alat komunikasi yang efektif antara kita dengan calon pelanggan.

Mengapa konten sangat penting untuk menarik perhatian atau awareness? 

Karena konten yang baik mampu menarik minat awal calon pelanggan. Saat seseorang tertarik pada konten yang kita buat, mereka tidak hanya menjadi sadar akan keberadaan bisnis kita, tetapi juga terdorong untuk menggali informasi lebih dalam mengenai produk atau layanan yang kita tawarkan.

Misalnya, melalui konten yang menggambarkan keindahan destinasi wisata atau memberikan tips perjalanan yang bermanfaat, kita tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membangun kepercayaan dan menginspirasi calon pelanggan untuk menggunakan jasa kita. 

Kalau anda malas membaca, silakan menyaksikan Videonya disini : 

https://youtu.be/uBgL_MBDhF0?si=xtzx5Ne025xVMeVD

UNTUK MEMBUAT KONTEN PROMOSI PRODUK WISATA NGAK BISA KITA DADAKAN TANPA RENCANA, Rencana harus dibuat dengan beberapa tahapan.  

Tahapan #1 : Fokus pada Niche 

Apa sih yang dmaksud dengan Niche Produk Wisata ?

Niche produk wisata adalah segmen spesifik dari industri pariwisata yang difokuskan oleh sebuah travel agent atau penyedia layanan wisata. Niche ini bisa berdasarkan jenis wisata tertentu, target pasar, atau pengalaman unik yang ditawarkan. 

Contoh niche produk wisata adalah:

  1. Wisata Petualangan (Adventure Tourism): Fokus pada kegiatan outdoor seperti hiking, snorkeling, dan eksplorasi alam.

  2. Wisata Budaya (Cultural Tourism): Menawarkan pengalaman berinteraksi dengan budaya lokal, seperti mengunjungi desa adat atau mengikuti festival budaya.

  3. Eco-Tourism (Wisata Hijau): Bertujuan untuk memberikan pengalaman wisata ramah lingkungan, dengan penekanan pada pelestarian alam dan budaya.

  4. Luxury Travel (Wisata Mewah): Menargetkan pasar premium dengan layanan eksklusif dan akomodasi mewah.

  5. Wisata Kesehatan (Wellness Tourism): Fokus pada wisata yang bertujuan untuk kesehatan fisik dan mental, seperti retreat yoga atau spa.

Mengapa Travel Agent Harus Punya Niche Produk?

  1. Memperkuat Brand Identity: Dengan niche yang jelas, travel agent dapat membangun identitas yang kuat di pasar. Ini membantu pelanggan mengenali keunikan dan spesialisasi agen dalam memberikan pengalaman yang berbeda dari kompetitor.

  2. Targeting yang Lebih Spesifik: Fokus pada niche memungkinkan agen wisata untuk menyusun strategi pemasaran yang lebih tepat sasaran, sesuai dengan kebutuhan dan preferensi kelompok pelanggan yang spesifik. Misalnya, wisata eco-friendly akan menarik traveler yang peduli pada lingkungan.

  3. Mengurangi Persaingan: Di pasar yang sangat kompetitif, travel agent yang memiliki niche spesifik akan menghadapi persaingan yang lebih sedikit dibandingkan agen yang menawarkan produk wisata umum. Ini memungkinkan mereka untuk menonjol di pasar tertentu.

  4. Pengalaman yang Lebih Dipersonalisasi: Niche memungkinkan agen untuk menyediakan pengalaman yang lebih personal dan mendalam bagi pelanggan. Fokus pada niche memberi agen kesempatan untuk menyusun paket perjalanan yang lebih relevan dan berkualitas, meningkatkan kepuasan pelanggan.

  5. Menambah Loyalitas Pelanggan: Dengan menjadi ahli di niche tertentu, travel agent dapat membangun hubungan yang lebih erat dengan pelanggan. Pelanggan yang merasa mendapatkan pengalaman yang relevan dan berkualitas kemungkinan besar akan kembali untuk menggunakan layanan yang sama.

  6. Efisiensi Operasional: Mengkhususkan diri pada niche memungkinkan agen wisata untuk mengoptimalkan sumber daya mereka, baik dalam hal pengetahuan, koneksi, maupun operasional sehari-hari. Mereka bisa lebih efisien dalam mengelola tur dan paket perjalanan karena sudah terbiasa dengan jenis wisata yang sama.

Kalau kita ingin jualan produk, sebaiknya sesuai dengan kesukaan kita, iya dong ! supaya saat menjalaninya kita bisa dengan hati tulus dan gembira supaya hasilnya akan bagus dan laku. Kalau kita sudah menemukan Niche yang dirasa cocok, kita ke langkah ke 2. 

Tahapan #2 : Target Pasar

Saya yakin anda sudah super bosan mendengar tentang target pasar , tapi sebetulnya gimana cara menemukan pasar yang spesific yang akan cocok dengan produk Niche kita ?

Target pasar yang spesifik adalah sekelompok pelanggan dengan kebutuhan, preferensi, dan karakteristik yang sama yang menjadi fokus utama sebuah bisnis. Dalam konteks travel agent, target pasar yang spesifik dan sesuai niche misalnya  petualang (adventure travelers), wisatawan keluarga (family trip ), atau bahkan turis yang mencari pengalaman ( eco-tourism). Dengan menentukan target pasar yang spesifik, travel agent dapat memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan unik mereka.

Dalam menentukan target pasar, kita harus mencari Pain Point Target Pasar

Pain point adalah masalah atau tantangan yang dihadapi oleh pelanggan, yang mempengaruhi keputusan mereka dalam memilih produk atau layanan. Mengetahui pain point ini sangat penting agar kita bisa menawarkan solusi yang tepat. 

GIMANA CARANYA MENEMUKAN PAIN PONT CALON PELANGGAN ?

1.Riset Pasar dan Survei: Menggunakan survei atau kuesioner kepada pelanggan atau prospek untuk memahami apa yang menjadi masalah utama mereka saat bepergian. Pertanyaan dapat mencakup:

  • Apa yang paling sulit saat merencanakan perjalanan?

  • Apa yang sering mengganggu atau membuat stres saat liburan?

  • Bagaimana mereka biasanya memesan perjalanan dan apa yang ingin mereka ubah dari proses itu?

2.Menganalisis Ulasan dan Testimoni: Membaca ulasan atau testimoni di platform seperti TripAdvisor, Google Reviews, atau media sosial dapat membantu menemukan keluhan atau masalah yang sering dihadapi pelanggan. Misalnya, mereka mungkin mengeluh tentang pelayanan buruk, proses pemesanan yang rumit, atau kurangnya informasi tentang destinasi.

3. Wawancara Langsung: Berbicara langsung dengan pelanggan potensial atau yang sudah ada membantu menggali lebih dalam kebutuhan dan keluhan mereka. Dari percakapan ini, Anda bisa mendapatkan insight lebih personal tentang hal-hal yang sering membuat frustrasi.

4.Menggunakan Data Analytics: Analisis perilaku pengguna di website, platform pemesanan, atau media sosial bisa memberikan wawasan tentang area yang membuat pelanggan kesulitan. Misalnya, jika banyak pengguna yang meninggalkan proses pemesanan di tengah jalan, bisa jadi karena prosesnya terlalu rumit atau informasi kurang jelas.

5.Mengikuti Tren Industri: Misalnya, perubahan dalam regulasi visa atau kebijakan maskapai sering menjadi tantangan bagi traveler, dan itu bisa menjadi pain point yang perlu diselesaikan.

6.Memantau Komunitas Online: Bergabung dalam komunitas online seperti forum traveling, grup Facebook, atau platform seperti Reddit memungkinkan Anda mendengarkan diskusi dan keluhan dari para traveler secara langsung. Dari sana, Anda bisa mendapatkan ide tentang apa yang membuat mereka tidak nyaman atau frustrasi selama perjalanan.

Cara Menemukan Solusi Pain Point

Setelah mengidentifikasi pain point dari target pasar, langkah berikutnya adalah mencari solusi yang tepat.                                             Beberapa pendekatan meliputi:

  1. Personalisasi Layanan: Jika pain point adalah kurangnya fleksibilitas dalam paket wisata, Anda bisa menawarkan pengalaman yang lebih personal dan dapat disesuaikan. Misalnya, biarkan pelanggan memilih aktivitas yang sesuai dengan minat mereka atau pilih jenis akomodasi yang mereka sukai.

  2. Simplifikasi Proses: Jika pelanggan mengeluh tentang proses pemesanan yang rumit, solusi bisa berupa penyederhanaan sistem pemesanan online. Buat interface yang mudah digunakan, dengan informasi yang jelas dan opsi pemesanan yang cepat.

  3. Penyediaan Informasi yang Lebih Baik: Jika masalahnya adalah kurangnya informasi tentang destinasi, Anda bisa menyediakan lebih banyak konten informatif melalui website, email, atau media sosial. Bisa berupa panduan perjalanan, video destinasi, atau artikel tips dan trik agar pelanggan lebih siap sebelum perjalanan.

  4. Meningkatkan Customer Support: Jika pelanggan sering merasa frustasi karena kesulitan berkomunikasi dengan agen, meningkatkan layanan customer support bisa menjadi solusi. Anda bisa menyediakan support 24/7 melalui chat online atau telepon, atau menyediakan FAQ yang lengkap di website.

  5. Memberikan Nilai Tambah: Jika pelanggan merasa biaya wisata terlalu tinggi, tawarkan solusi berupa paket wisata dengan nilai tambah, seperti bundling layanan atau memberikan diskon untuk group booking. Memberikan pengalaman yang sesuai dengan harga akan meningkatkan kepuasan pelanggan.

  6. Menyediakan Wisata yang Ramah Lingkungan: Jika pasar Anda peduli pada kelestarian alam (pain point terkait dengan dampak lingkungan dari wisata), Anda bisa menawarkan eco-tourism yang berkelanjutan, seperti menginap di eco-lodge, menggunakan transportasi rendah emisi, atau aktivitas yang mendukung konservasi alam.

Contoh :

Misalnya, target pasar Anda adalah wisatawan adventure yang sering mengeluhkan kurangnya pilihan aktivitas petualangan di lokasi wisata terkenal. Pain point mereka adalah terbatasnya variasi pengalaman unik. Solusi yang bisa ditawarkan adalah:

  • Menyediakan paket adventure yang lebih menarik, seperti hiking di jalur tersembunyi atau snorkeling di lokasi yang kurang dikenal.

  • Menyertakan pemandu lokal yang ahli agar pengalaman lebih autentik.

  • Mengutamakan keamanan dengan menyediakan peralatan adventure berstandar internasional.

Dengan memahami pain point dan menyediakan solusi yang relevan, travel agent dapat menawarkan layanan yang lebih unggul, menarik, dan membangun loyalitas pelanggan.


JELASIN DONG cara membuat konten yang bisa memenuhi kebutuhan atau solusi target pasar sesuai dengan niche kita dan jelasin cara mencari hook untuk promosi konten tersebut di sosial media, dan cara membuat kalender KONTEN. 

Membuat konten yang memenuhi kebutuhan atau solusi target pasar sesuai dengan niche kita adalah langkah penting untuk membangun kepercayaan dan menarik perhatian calon pelanggan. 

Berikut langkah-langkah untuk membuat konten yang efektif, menemukan hook promosi, dan menyusun kalender konten.

1. Membuat Konten yang Memenuhi Kebutuhan Target Pasar

Untuk membuat konten yang tepat sasaran, Anda perlu memahami kebutuhan, pain point, dan keinginan target pasar. Berikut adalah beberapa langkah untuk mencapainya:

a. Identifikasi Kebutuhan dan Pain Point

Gunakan riset seperti survei, wawancara, atau ulasan pelanggan untuk mengetahui masalah yang mereka hadapi dan kebutuhan yang belum terpenuhi. Misalnya, jika target pasar adalah pelancong petualang, pain point bisa berupa kurangnya informasi tentang lokasi tersembunyi atau tips keamanan saat melakukan aktivitas ekstrem.

b. Sesuaikan Konten dengan Niche

Pastikan konten Anda selalu terkait dengan niche bisnis. Jika niche Anda adalah wisata petualangan, buat konten seputar aktivitas alam, tempat-tempat unik untuk hiking, tips membawa perlengkapan yang tepat, atau informasi cuaca di lokasi petualangan. Misalnya:

  • Travel Tips: Cara mempersiapkan perjalanan ke lokasi pendakian yang ekstrim.
  • Cultural Information: Desa adat yang bisa dikunjungi dalam perjalanan petualangan.
  • Adventure Highlights: Aktivitas outdoor yang menantang di destinasi tertentu.

c. Buat Konten Edukasi dan Inspirasi

Berikan nilai tambah dengan konten edukasi, seperti panduan perjalanan yang aman atau informasi mengenai tempat-tempat unik yang jarang diketahui. Inspirasi bisa berupa cerita pengalaman traveler lain yang sudah sukses melakukan perjalanan yang serupa. Contoh:

  • Video YouTube: "Panduan Mendaki Gunung Rinjani -- Apa yang Harus Dibawa?"
  • Post Instagram: Tips keselamatan saat snorkeling di tempat terpencil.
  • Blog Artikel: "5 Rekomendasi Spot Snorkeling Rahasia di Lombok."

d. Gunakan Visual yang Menarik

Konten visual, seperti gambar dan video, sangat penting dalam industri travel. Tampilkan foto atau video keindahan alam, budaya lokal, atau aktivitas petualangan yang akan membuat orang terinspirasi dan tertarik untuk mencoba. Misalnya, gunakan drone footage untuk menunjukkan panorama pegunungan, laut, atau lokasi hiking

2. Menemukan Hook untuk Promosi Konten di Sosial Media

Hook adalah elemen kunci dalam konten promosi yang menarik perhatian audiens dalam waktu singkat. Hook bisa berbentuk pertanyaan, pernyataan mencengangkan, fakta menarik, atau cerita emosional. Berikut cara menemukan hook yang efektif:

a. Fokus pada Pain Point atau Kebutuhan

Mulailah dengan pertanyaan yang langsung menyoroti pain point target pasar. Misalnya, jika target pasar adalah pelancong petualangan yang sering kesulitan merencanakan perjalanan ke lokasi terpencil, hook bisa berupa:

  • "Pernah merasa bingung merencanakan perjalanan ke lokasi tersembunyi? Kami punya solusinya!"
  • "Cari petualangan yang menantang di tempat yang jarang diketahui? Lihat destinasi tersembunyi kami!"

b. Gunakan Elemen FOMO (Fear of Missing Out)

Membuat orang merasa mereka akan kehilangan pengalaman luar biasa jika tidak segera bertindak adalah strategi yang efektif. Contoh hook FOMO:

  • "Jangan lewatkan kesempatan untuk menjelajahi surga tersembunyi di Lombok yang belum banyak diketahui orang!"
  • "Hanya terbatas! Paket snorkeling di lokasi tersembunyi ini tinggal 5 slot!"

c. Ciptakan Urgensi atau Keterbatasan

Hook yang efektif juga bisa menciptakan rasa urgensi atau keterbatasan. Ini bisa berbentuk promo terbatas atau penawaran spesial:

  • "Nikmati diskon 20% untuk paket petualangan musim gugur ini -- hanya sampai minggu depan!"

    • "Tempat terbatas untuk wisata mendaki Gunung Rinjani! Daftar sekarang sebelum kehabisan."

d. Gunakan Statistik atau Fakta yang Menggugah

Fakta menarik bisa menjadi hook yang kuat karena memberikan kredibilitas dan menarik perhatian. Contoh:

  • "Tahukah kamu? 70% traveler petualang tidak membawa peralatan keselamatan yang cukup."
  • "Hanya 1 dari 5 orang yang tahu tentang spot snorkeling tersembunyi ini di Lombok."

3. Membuat Kalender Konten

Kalender konten membantu Anda merencanakan, mengatur, dan menjadwalkan konten yang konsisten dan relevan dengan target pasar serta strategi promosi. Berikut langkah-langkahnya:

a. Tentukan Tujuan dan Tema Konten Bulanan

Buat tema besar untuk setiap bulan berdasarkan kebutuhan target pasar dan musim wisata. Misalnya, jika Anda fokus pada wisata petualangan, beberapa tema bisa berupa:

  • Januari: "Wisata Petualangan Musim Hujan"
  • Februari: "Wisata Alam dan Pantai"
  • Maret: "Mendaki Gunung di Indonesia"

b. Tentukan Frekuensi Posting

Untuk menjaga engagement, Anda perlu konsisten dalam frekuensi posting. Contohnya, jika ingin memposting 3 kali sehari di Instagram (seperti yang Anda rencanakan):

  • Pagi: Travel tips (feed)
  • Siang: Keindahan alam atau budaya lokal (carousel atau reel)
  • Malam: Promo atau penawaran khusus (feed atau reel)

c. Pilih Tipe Konten

Berdasarkan jenis postingan (reels, carousel, feed), buat variasi konten yang sesuai dengan audiens. Misalnya:

  • Reels: Video singkat tentang tips packing untuk perjalanan outdoor.
  • Carousel: Serangkaian foto atau informasi detail tentang destinasi alam yang unik.
  • Feed: Gambar inspiratif dengan caption edukasi atau cerita wisatawan.

d. Masukkan Hari Raya atau Event Spesial

Jangan lupa memasukkan hari libur, hari besar, atau event penting yang relevan dengan target pasar atau niche Anda. Misalnya, saat Hari Pariwisata Dunia, Anda bisa membuat konten spesial yang berkaitan dengan wisata hijau atau budaya lokal.

e. Contoh Kalender Konten Harian (Format Tabel)

Untuk mengelola produksi konten dari mulai shooting, edit, hingga posting, perencanaan waktu yang tepat sangat penting agar proses berjalan lancar dan konsisten. Berikut adalah langkah-langkah serta kapan sebaiknya setiap tahapan dilakukan:

1. Perencanaan (Planning)

Sebelum shooting, penting untuk merencanakan konten dengan detail:

  • Buat storyboard atau naskah: Tentukan alur cerita, shot list, dan pesan yang ingin disampaikan.
  • Persiapkan lokasi, alat, dan aktor: Pastikan semua peralatan (kamera, lighting, mikrofon) siap, dan jadwalkan lokasi atau aktor (jika ada).
  • Tentukan jadwal shooting: Pilih hari-hari khusus untuk shooting yang sesuai dengan cuaca dan ketersediaan tim.
  • Waktu yang tepat untuk perencanaan:
  • Seminggu sebelum shooting: Sediakan waktu satu minggu untuk menyusun konsep, menentukan lokasi, dan merencanakan teknis shooting.

2. Shooting

Waktu shooting bergantung pada jenis konten. Beberapa konten mungkin memerlukan waktu shooting yang singkat (seperti reels 15 detik), sementara yang lain memerlukan lebih banyak waktu (misalnya vlog perjalanan).

Durasi shooting: Pertimbangkan untuk shooting beberapa konten dalam satu hari untuk efisiensi. Jika konten Anda berkaitan dengan wisata, usahakan untuk shooting pagi atau sore hari untuk memanfaatkan cahaya alami yang lebih baik (golden hour).

Batch shooting: Usahakan untuk melakukan batch shooting beberapa konten sekaligus dalam satu hari, terutama jika Anda posting beberapa kali sehari di Instagram atau YouTube. Ini akan menghemat waktu dan tenaga.

Waktu terbaik untuk shooting:

  • Pagi atau sore hari: Terutama untuk konten outdoor, ini adalah waktu terbaik untuk mendapatkan pencahayaan yang natural.
  • Seminggu sebelum jadwal posting: Sebaiknya shooting dilakukan minimal satu minggu sebelum jadwal posting agar ada waktu yang cukup untuk proses editing.

3. Editing

Setelah shooting selesai, masuk ke tahap editing. Proses editing memerlukan waktu yang cukup untuk memastikan kualitas visual dan audio yang baik.

  • Pengeditan dasar: Memotong klip, menambahkan transisi, musik, teks, atau subtitle jika diperlukan.

  • Revisi: Setelah editing awal, lakukan tinjauan dan revisi jika perlu. Hal ini bisa melibatkan pengecekan kualitas video, penambahan grafis, atau memperbaiki detail kecil.

  • Automasi editing untuk konten sederhana: Untuk konten yang lebih pendek seperti Instagram Reels atau TikTok, Anda bisa menggunakan template atau alat editing otomatis agar prosesnya lebih cepat.

Waktu untuk editing:

  • 2-3 hari sebelum posting: Ini memberi waktu yang cukup untuk mengedit, mengecek hasil akhir, dan melakukan revisi jika dibutuhkan. Sebaiknya konten selesai di-edit paling lambat 2-3 hari sebelum jadwal posting.

4. Posting

Setelah video atau foto selesai di-edit, langkah selanjutnya adalah posting ke platform sosial media.

  • Jadwal posting konten: Gunakan tools scheduling seperti Meta Business Suite (untuk Facebook dan Instagram) atau YouTube Studio agar posting bisa dilakukan otomatis sesuai waktu yang Anda tentukan. Dengan scheduling, Anda bisa memposting konten secara konsisten tanpa harus melakukannya secara manual setiap hari.

  • Waktu posting yang tepat: Berdasarkan riset, waktu terbaik untuk posting di media sosial biasanya pada:

    • Instagram: Sekitar pukul 9-11 pagi, atau 5-7 sore untuk engagement yang lebih tinggi.

    • YouTube: Idealnya pada siang hari atau sore, ketika pengguna cenderung lebih aktif mencari konten baru.

  • Sesuaikan dengan target pasar: Jika target pasar Anda adalah pelancong atau pebisnis, sesuaikan waktu posting dengan waktu di mana mereka cenderung aktif di platform.

Waktu terbaik untuk posting ( tetapi anda tetap harus riset dan analisa konten anda sendiri ) :

  • Instagram: Pagi hari (sekitar jam 9-11) atau sore hari (sekitar jam 5-7).

  • YouTube: Siang atau sore hari, antara jam 12 hingga 3 sore.

Tips Mengelola Proses Shooting, Editing, dan Posting

  • Batch Production: Lakukan produksi secara massal dalam satu hari untuk beberapa konten. Ini akan memudahkan Anda untuk selalu punya stok konten siap edit dan posting.

  • Gunakan Template: Untuk video yang membutuhkan editing berulang, gunakan template untuk mempercepat proses editing. Misalnya, untuk reels Instagram, gunakan preset transisi atau efek yang sudah disesuaikan dengan brand Anda.

  • Gunakan Tools Scheduling: Alat seperti Hootsuite, Buffer, atau Meta Business Suite memungkinkan Anda menjadwalkan posting untuk beberapa minggu ke depan.

  • Kolaborasi dengan Tim: Jika Anda bekerja dengan tim, bagilah tugas seperti siapa yang bertanggung jawab untuk shooting, editing, dan posting agar lebih efisien.

Contoh Alur Jadwal untuk Produksi Konten

  • Minggu 1:

    • Senin: Brainstorming ide, riset konten, dan buat naskah atau storyboard.

    • Selasa-Kamis: Lokasi scouting dan persiapan alat.

    • Jumat-Sabtu: Shooting untuk beberapa konten sekaligus.

  • Minggu 2:

    • Senin-Rabu: Proses editing, revisi, dan persiapan final konten.

    • Kamis-Jumat: Jadwalkan posting konten di media sosial menggunakan scheduling tools.

 

Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda, khususnya start up Travel Agent. 

Terima Kasih. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun