Kemarin terkumpul sekitar 9 bukunya dalam versi Pdf, karena jarang sekali buku-bukunya (dalam versi Asli bukan terjemahan) ditemui di Indonesia. Pada pertengahan 2019, saya mencoba menerjemahkan salah satu bukunya, buku pertamanya ; Qamar Li As-Samra (Burnette Itu Berkata Padaku). Namun hingga kini, belum sempat saya rampungkan. Doakan saja. Hehe.
Sekarang, entah kenapa setelah lama tidak membaca puisi-puisinya, saya seperti terdorong lagi untuk mendekat ke pelukan Nizar. Beberapa hari kemarin, di tengah gonjang-ganjingnya pandemi Corona, saya dengan tidak sengaja menemukan cuplikan puisinya dalam sajian kuot. Jujur, hati saya kala itu seperti telur yang baru menetas dan disapa matahari. Perasaan saya seolah ombak yang ditarik-tarik rembulan. Pontang-panting sana sini. Hatta, saya menemukan satu puisi yang mampu menjangkau dasar tubuh saya yang saat ini masih dalam proses penerjemahan ke Indonesia.
Doakan semoga cepat rampung sehingga kita bisa menikmati kehangatan pelukan-pelukan Nizar melalui puisinya. Nizar wafat pada 30 April 1998 dan dimakamkan di Bab Shagir, salah satu pemakaman terbesar di Damaskus Suriah.
(1 April 2020)
*Sebagian bahan dia dari tesis Ahmad Burhanuddin, mahasiswa Universitas Konko, Cetak pertama; 2009
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H