**
Minggu pagi, ketika di atas kepala nampak sebuah bayangan sepertikabut. Ketika sisa hujan abu vulkanik Gunung Merapi mewarnai langit Yogyakarta. Aku terdiam memandang sudut demi sudut berwarna keabu-abuan. Menunggu sebuah kereta jurusan Surabaya berangkat, di Stasiun Lempuyangan.
Kulihat jam di tangan, sepuluh menit lagi kereta akan berangkat. Seribu pertanyaan saling tumpah tindih. Namun tidak satupun bisa kujawab. Aku terdiam dan hanya memandang ke luar jendela kereta.
Aku masih rindu. Aku begitu mencintainya, tapi aku tidak bisa berbuat banyak sesuai keinginannya. Dan peluit sudah dibunyikan petugas kereta. Lokomotif sepertinya akan segera menarik gerbong tanpa gairah. Kereta api bergerak tidak terlalu cepat. Berjalan di atas rel baja yang tenang. Aku terpaku pada sebuah pesan singkat: don't back to jogja.
Lama ku ulang membaca pesan singkat darinya. Meyakinkan diri bahwa yang aku baca adalah benar-benar SMS darinya. Aku baca lagi, lagi, dan lagi. Sampai beberapa kali, baru kemudian kualihkan mata pada rintik dan bulir hujan yang mengalir di jendela kereta. Dada rasa tertusuk.
Kereta api makin menjauh, menjauh, dan menjauh dari Stasiun Lempuyangan. Awan pekat menghitam. Hujan turun. Rintik menyerah di atas bebatuan dan rel kereta api.
**)Tuhanku, satu-satunya yang kupinta dariMu adalah
dekaplah ia saat aku tak di sisinya,
Saat aku sangat jauh darinya
@elgibrany | dps.2014
*) Penggalan lirik “Kecewa” Bunga Citra Lestari
**) Penggalan lirik “Dear God” Avenged Sevenfold
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H