Selain itu Martin juga membawa hoki bagi kehidupan Linda. Sejak menikah dengan lelaki itu, toko pakaian yang dikelolanya semakin besar dan menggurita. Kini keduanya kerap berkeliling dunia dengan kapal pesiar seperti layaknya para pengusaha-pengusaha kaya yang selama ini kerap dilihat dari jauh oleh Martin.
***
Suatu hari mereka berkunjung ke Pantai Lucky Bay. Pantai terindah yang terletak di sisi selatan Australia Barat. Mereka menyewa bungalow dengan kamar menghadap tepat ke arah laut lepas. Linda tampak begitu ceria saat membuka tirai jendela. Berkali ia memanggil Martin seraya menunjuk ke arah pasir putih yang membentang luas, yang sore itu tengah disinggahi sekawanan kanguru.
Martin sedang menyeduh secangkir kopi ketika suara nyaring Linda kembali memanggilnya. Dengan langkah ringan laki-laki itu menghampiri istrinya yang masih berdiri terkagum-kagum menatap ke luar jendela.
"Martin, kaulihat sepasang kanguru itu? Aku seperti melihat cerminan diri kita!" Linda berseru renyah.
"Oh, ya?" Martin menarik kembali cangkir kopi yang hampir menyentuh bibir.
"Ya, kita! Kita berlarian di sepanjang pantai sambil menggendong bayi mungil yang..." Sampai di sini suara Linda berubah lirih. Martin terdiam. Ia paham bagaimana perasaan istrinya saat itu. Linda sudah sangat menginginkan punya momongan. Tapi sayangnya hingga kini keinginan itu belum terpenuhi.
Sejenak Martin merasa bersalah. Mengapa sampai saat ini ia belum juga berani memberi Linda seorang anak? Bukankah salah satu tujuan pasangan menikah adalah memiliki keturunan?
Martin tak sanggup membalas tatapan redup Linda. Tapi kemudian ia mendekat, melingkarkan satu tangan di pinggang ramping istrinya itu dan membuang rasa bersalahnya jauh-jauh.
***
Malam belum terlalu larut ketika Martin memutuskan untuk berjalan-jalan di sepanjang pantai berpasir putih yang konon dicanangkan sebagai pantai terindah di dunia itu. Ia sengaja tak beralas kaki dan bertelanjang dada. Sama persis saat pertama kali dirinya terlempar dari tengah laut hingga ke bibir pantai.