Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam Itu di Rumah Ratna

17 September 2024   06:05 Diperbarui: 17 September 2024   06:07 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Layaknya bangunan khas peninggalan Kolonial Belanda, rumah itu memiliki struktur atap gambrel yang tinggi dan unik. Halamannya yang luas ditumbuhi dua pohon kenari dengan beberapa lampu taman berbentuk bola menyala temaram di bawahnya. Pada dinding rumah, tepat di atas jendela lantai 2, tertera angka 1914. 

Saya datang ke rumah itu sesuai saran Mas Nasrul. Katanya, di rumah bernomor 3 itu saya akan menemukan banyak sekali kejutan.

Kejutan? Bagaimana bisa Mas Nasrul tahu jikalau saya, selain hobi berburu buku juga menyukai hal-hal yang penuh kejutan? Saya sontak tersenyum-senyum sendiri. Merasa kagum. Kadang tokoh dalam sebuah cerita---ini menurut pemikiran saya, memiliki intelegensi jauh lebih tinggi ketimbang pembacanya.  

Setelah berlama-lama mengamati keadaan sekitar, saya menyeret langkah, melewati jalan setapak berbatu yang kanan kirinya ditumbuhi bunga sedap malam. Lalu berhenti sejenak di depan paviliun yang terletak di sisi kiri rumah induk, yang malam itu tampak benderang oleh cahaya lampu-lampu.

Agak ragu saya masuk ke dalam paviliun yang pintunya dibiarkan terbuka. Paviliun itu tampak sepi. Tidak seorang pun menyambut kedatangan saya, kecuali sebuah papan bertuliskan "Selamat Datang di Rumah Budaya Ratna" yang tertempel pada dinding ruang tamu.

Paviliun itu ternyata terbagi menjadi dua bagian. Ruang tamu dan galeri. Di galeri itulah saya menemukan banyak sekali buku-buku tersusun rapi di dalam rak-rak berukuran besar. Berkali mata saya terbelalak takjub. Sungguh, saya merasa seolah sedang berada di dalam sebuah kastel yang indah yang dindingnya berornamen buku-buku.

"Akhirnya sampai juga kamu di rumah ini." Mas Nasrul, tahu-tahu sudah berdiri di belakang saya.

"Inikah yang Mas maksud dengan kejutan itu?" Saya tersenyum manis ke arahnya. Laki-laki fiktif itu membalas senyum saya, lebar.

"Bukan hanya buku-buku. Lihatlah kejutan lain ini!" Mas Nasrul menunjuk ke arah dinding di belakang saya yang dipenuhi foto-foto lawas. Foto-foto yang sebagian kertasnya sudah memburam dimakan usia. Sontak saya terperangah. Dalam salah satu foto yang terpajang pada dinding itu saya melihat sesosok perempuan duduk di atas kursi roda---sama persis dengan perempuan yang malam itu berada di dalam kamar saya. Di belakangnya tampak seorang laki-laki berambut gondrong mendorong kursi roda itu.

"Selamat datang di rumah impianku. Rumah Baca Ratna." Sosok dalam foto itu menyambut saya ramah.

"Itu Mbak Ratna. Dia yang menjadikanku tidak ada menjadi ada." Jelas Mas Nasrul dengan sorot mata berbinar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun