Demikian saya mencoba memberi penjelasan kepada anak-anak. Meski saya tahu, tidak sepenuhnya penjelasan itu bisa mereka terima. Tapi saya yakin, seiring berjalannya waktu anak-anak akan mengerti dengan sendirinya.
Alhamdulillah, setelah melewati masa-masa sulit dan penuh perjuangan, saya bisa melihat kenyataan itu. Anak-anak tumbuh dewasa dan menjalani kehidupan mereka masing-masing dengan baik. Sindrom Father Hunger perlahan mulai dilupakan.
"Sesibuk apa pun, sempatkan waktu untuk berinteraksi dengan anak-anak kalian, yaa."
Nasihat itu selalu saya ucapkan setiap kali bertemu anak-anak. Terutama karena kini mereka sudah menjelma menjadi orang tua. Saya tidak ingin sindrom Father Hunger yang pernah menjangkiti mereka dialami juga oleh cucu-cucu saya kelak di kemudian hari.Â
Alhamdulillah, kiranya nasihat itu diterapkan oleh anak-anak atas kesadaran mereka sendiri. Saya senang bisa menjadi saksi bagaimana menantu laki-laki tak segan mengambil alih ngemong dan merawat putri kecilnya manakala dia libur kerja. Demikian pula anak lanang, sesibuk apa pun dia berupaya meluangkan waktu untuk menemani buah hatinya bermain atau sekadar berinteraksi.
Saya yakin, momen kebersamaan antara ayah dan anak itu kelak akan menjadi kenangan paling indah.
Ah, saya jadi ingin menyelipkan quote penuh makna ini: "Seorang ayah adalah pahlawan pertama bagi anak laki lakinya, dan cinta pertama bagi anak perempuannya."
***
Malang, 16 Juli 2024
Lilik Fatimah Azzahra