Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Ketika Sindrom "Father Hunger" Menyerang Anak-Anak Saya

16 Juli 2024   16:00 Diperbarui: 16 Juli 2024   19:01 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sindrom Father Hunger menjadikan anak merasa tidak berharga dan tidak layak mendapat perhatian atau kasih sayang.

3. Berperilaku Tidak Sehat

Anak dengan sindrom Father Hunger cenderung menghindari konflik, merasa kesepian, atau memilih pelarian yang bersifat negatif.

4. Gangguan Kecemasan dan Depresi

Kondisi Father Hunger dapat memengaruhi kesehatan mental anak dan dapat memicu gangguan kecemasa serta depresi.

5.Bersikap Apatis

Seorang anak yang mengalami Father Hunger sulit memercayai orang lain.

Ketika Sindrom "Father Hunger" Menyerang Anak-Anak Saya

Seperti telah disebutkan di atas, salah satu pemicu terjadinya sindrom Father Hunger adalah perceraian kedua orang tua. Kebetulan saya pernah berada di posisi ini. Saya mengalami divorce di mana anak-anak berada di dalam pengasuhan saya.

Awal-awal menjalani kehidupan sebagai single mom, saya terlalu percaya diri. Bahwa semua akan berjalan dan terlewati dengan baik-baik saja. Saya sempat berpikir begini, hubungan pernikahan boleh saja putus, tapi hubungan antara orang tua dan anak tentu harus tetap terjalin. Memang seharusnya demikian, bukan? Tidak ada yang namanya mantan anak. Sebab bagaimanapun juga orang tua dan anak memiliki hubungan darah yang kental, yang tidak bisa dipisahkan. 

Sayangnya semua yang terjadi di luar ekspektasi saya. Pasca bercerai, bertahun-tahun lamanya anak-anak kehilangan kontak dengan ayahnya. Praktis saya berjuang sendiri, membesarkan anak-anak semampu yang saya bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun