"Berapa saya harus membayar bunga ini, Bu?" Tanya saya dengan suara pelan.Â
"Tidak usah membayar, Mbak. Monggo diambil saja."
Usai berterima kasih saya kembali ke area parkir di mana Te Rin masih berdiri menunggu.Â
"Te...ah, nanti saja kuceritakan! Sekarang kita olahraga dulu, trus---setelahnya aku mau mandi di sumber air itu!" Saya menunjuk ke sebuah petirtaan yang terletak di sebelah selatan Candi Sumberawan, yang pagi itu tampak lengang dan singup.
Kami lantas berjalan beriringan memasuki area candi. Tanpa memedulikan hujan rintik-rintik yang mulai berebut jatuh. Saya menggandeng lengan sahabat saya dengan tangan kiri. Sementara tangan kanan menggenggam erat setangkai bunga sedap malam yang aromanya---sungguh, membuat saya seolah terlempar jauh ke masa entah.
****
Malang, 17 Februari 2024
Lilik Fatimah Azzahra
Based on true story
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H