***
Akibat keganjilan itu rasa kantuk saya seketika hilang. Usai meneguk segelas air putih saya kembali menyeret langkah menuju kamar tidur. Saya gegas meraih ponsel, mencoba mengalihkan rasa takut yang tiba-tiba mendera dengan mendengarkan musik, menonton konten-konten lucu hingga menjelang waktu Subuh.Â
Lega sekali rasanya ketika sederet chat dari sahabat saya, Te Rin, muncul.
"Bu Lilik di mana? Hari ini kita olahraga apa tidak?"
***
Langit pagi itu digelayuti mendung. Saya dan Te Rin memutuskan untuk segera berangkat menuju lokasi di mana kami biasa melakukan olahraga.Â
Adalah Candi Sumberawan, sebuah situs peninggalan Kerajaan Singasari yang memiliki hamparan rumput hijau cukup luas. Candi berukuran tidak terlalu besar itu menjadi salah satu tempat favorit kami berolahraga. Di sanalah, di hamparan rumput hijaunya kami kerap melakukan Yoga berlama-lama sembari menikmati eloknya pemandangan.Â
Sementara Te Rin sibuk merapikan posisi motor di area parkiran, kaki saya mendadak terayun menuju sebuah rumah berbentuk unik yang terletak di halaman samping candi. Rumah yang bagian terasnya terdapat beberapa etalase berisi ubarampe dan pernak-pernik untuk melakukan ritual mandi di air sumber atau bermeditasi.Â
"Sebentar ya, Te! Aku mau membeli sesuatu dulu." Saya berseru ke arah Te Rin tanpa menoleh. Seorang Ibu paruh baya menyambut kedatangan saya.
"Mbaknya membutuhkan apa?" Tanya si Ibu dengan senyum ramah.Â