"Akan kulempar ke sungai di bawah jembatan!" Martin mendorong tubuhku yang berusaha menghalangi langkahnya. Aku kehilangan keseimbangan dan terjerembap jatuh.
Entah apa yang ada di dalam pikiranku. Dalam kondisi jatuh tatapan lembut kucing hitam itu tak mampu kulenyapkan. Tatapan penuh iba. Tatapan yang seolah menggugat ketidakadilan atas perilaku kejam suamiku.
"Kaupercaya adanya karma membunuh seekor kucing, kan Martin?" Aku bertanya seraya menangkup wajah dengan kedua tangan.Â
"Tidak Ellen! Tidak ada yang kupercayai di dunia ini selain diriku sendiri!" Martin berteriak lantang. Suaranya membahana mengusik ketenangan pagi.
***
Dor! Dor! Dor!
Tiga peluru beruntun menembus bagian kepala belakang Martin. Ia pun terguling hingga meringkuk di atas lantai. Tepat di bawah anak tangga.
Aku berlari mendapatkannya.
"Maafkan aku, Martin. Tidak ada yang bisa menghentikan kekejamanmu ini kecuali senapanmu sendiri."
Kulempar senjata berlaras panjang itu di samping tubuh Martin yang meregang. Kuraih kantong plastik berisi kucing hitam dari tangannya. Kulepas ikatannya lalu berbisik lirih.Â
"Pergilah sejauh mungkin dari rumah terkutuk ini, Madam. Jaga nyawamu yang masih tersisa 7 itu, ya."
"Meoong..."