Di awal musim hujan seperti ini, kisah romantis apa yang ingin kaualami? Mungkin kau berharap ada Peri Bulan yang jatuh di hadapanmu, lewat atap rumahmu yang berlubang. Lalu Peri Bulan itu akan membuatkanmu secangkir kopi dan menemanimu menghabiskan malam hanya berdua saja.
Ya, berdua saja.
Kutulis kalimat panjang itu pada selembar daun yang jatuh tertiup angin.
Aih. Mendadak aku ingin menjelma menjadi Peri Bulan agar bisa menyelinap lewat atap rumah kontrakan itu. Mengintip seorang pria yang sedang meringkuk kedinginan di balik selimut kumal, yang entah, sudah berapa lama tidak dicuci.
***
"Namaku Ibas.' Pria itu berkata tiba-tiba. Membuat jantungku nyaris terlompat keluar. Aku mundur beberapa langkah seraya membatin, apakah aku sudah berubah menjadi Peri Bulan sehingga dia bisa melihat kehadiranku?
"Kaudengar, bukan? Namaku Ibas. Aku penghuni baru rumah kontrakan ini. Kau pasti gagal paham mengapa aku memilih menempati bangunan yang kondisinya rusak parah seperti ini."
"Jelas aku paham! Itu kaulakukan karena harga sewa kontrakannya sangat murah. Sebagai sopir pribadi yang setiap hari harus wira-wiri mengantar majikanmu keluar kota, berapa sih gaji bulanan yang kauterima?"
Hampir saja aku mengatakan kalimat itu kalau saja telunjuk tangannya tidak terburu menuding ke arah seekor cicak yang merayap perlahan di dinding.
"Pergilah buaya kecil! Aku sudah memperkenalkan diri kepadamu. Lagi pula apa untungnya sesama jomblo malam-malam saling bersitatap pandang?" Ujarnya seraya melepas tawa renyah.Â
Huuuft, sontak aku menarik napas lega.