"Nyonya Ellen. Orang yang Anda tunggu sudah tiba." Lelaki itu berkata seraya menggeser daun pintu kamar lebar-lebar. Tampak seorang perempuan duduk di atas kursi roda. Ia melambaikan tangan ke arahku. Aku membungkukkan badan memberi hormat, kemudian berjalan perlahan mendekatinya.
"Tinggalkan kami berdua, Ron!" Perempuan itu kembali melambaikan tangan. Kali ini ditujukan kepada lelaki yang mengantarku tadi. Lelaki itu mengangguk, lalu pergi setelah terlebih dulu menggeser daun pintu ke posisi semula.
***
Perempuan di atas kursi roda itu menatapku cukup lama. Karena aku berdiri begitu dekat, maka bisa kulihat dengan jelas raut wajahnya yang pucat pasi. Semirip bulan kesiangan.
"Aku senang akhirnya kau datang." Perempuan itu berkata seraya menyungging senyum.
"Apa yang bisa saya lakukan untuk Nyonya?" Aku bertanya dengan nada lembut dan sopan.
"Tugasmu tidak berat. Hanya mendengarkan ceritaku." Perempuan yang kupanggil Nyonya itu menjawab pelan. Aku segera menarik sebuah kursi, lalu duduk tepat di sebelahnya. Menunggu ia mulai menuturkan kisah.
***
Dua puluh tahun silam.Â
Perempuan bernama Ellen itu menikah dengan seorang laki-laki yang sudah mapan. Ia diboyong ke rumah mewah milik suaminya dan mereka hidup bahagia.
Namun, memasuki bulan kedelapan pernikahan, Ellen harus menerima kenyataan pahit. Dari hasil pemeriksaan medis, ia dinyatakan tidak bisa hamil.