"Di daerah sini agak sulit memesan taksi, ya, Bang? Sedari tadi orderanku ditolak melulu." Aku mengeluh pada sopir taksi yang duduk di belakang kemudi.
Tak ada jawaban yang kudengar. Pengemudi taksi itu sepertinya ingin segera melarikan kendaraan secepatnya.
Lima belas menit kemudian taksi berhenti, menurunkanku tepat di depan rumah. Aku membuka amplop dari Nyonya Ellen, mengeluarkan selembar isinya untuk membayar ongkos taksi.
"Kukira Mbaknya tadi bukan orang." Sopir taksi tiba-tiba bersuara. Membuatku terkejut setengah mati.
"Bukan orang? Maksud Bapak?" Aku mengernyit alis.
"Aku tadi sempat ragu. Sebab Mbaknya minta dijemput di area pekuburan tua angker itu." Sopir taksi menjelaskan seraya menatap curiga ke arahku.
"Bapak tidak usah ragu. Karena mulai malam ini saya akan sering menggunakan jasa Bapak. Minta antar jemput ke area pekuburan tua itu. Sebab nganu, hanya Bapak yang bisa melihat kemunculan saya."
Kali ini giliran sopir taksi itu yang terkejut.
***
Malang, 18 Mei 2023
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H