Ratih memencet satu kali bel rumah bercat kuning gading bergaya kontemporer minimalis itu. Seorang perempuan paruh baya berjalan tenang membukakan pintu pagar, lalu memandunya masuk ke dalam rumah.
"Silakan duduk. Aku panggilkan tuan muda dulu, ya." Perempuan paruh baya itu membawa Ratih ke ruang tamu sebelum berlalu meninggalkannya.
Seorang pria muda berkemeja batik, muncul diikuti oleh perempuan paruh baya tadi.
"Sudah siap bekerja di rumah ini hari ini juga?" pria muda itu bertanya seraya membetulkan letak kacamatanya.
"Si-ap!" Ratih menyahut gugup.
"Oke. Biar Mbok Jum memberitahu apa saja tugas-tugasmu. Sekalian menunjukkan di mana letak kamarmu." Pria berkemeja batik itu menoleh ke arah perempuan paruh baya yang masih berdiri di sampingnya. "Mbok, aku harus segera pergi ke kantor. Ada meeting pagi ini."
Usai mengangguk kecil pria muda itu berjalan tergesa menuju mobil yang terparkir di halaman.
Sepeninggal pria muda itu Mbok Jum mengajak Ratih berkeliling rumah. Menunjukkan ruangan demi ruangan dan berhenti di sebuah kamar yang terletak di bagian sayap rumah sebelah kanan.
"Ini kamarmu. Oh, ya, pekerjaanmu tidak berat. Kamu hanya membantuku memasak di dapur. Itu saja." Jelas Mbok Jum sembari mendorong pintu kamar yang tidak terkunci.
"Terima kasih, Bu." Ratih menyahut pelan.
"Kamu boleh memanggilku Mbok Jum. Oh, ya. Aku sudah puluhan tahun momong dan menemani tuan muda. Sebentar lagi aku akan pensiun." Perempuan paruh baya itu menambahkan.