"Menurut kabar yang beredar, di dalam hutan sana ada seorang putri yang disekap oleh nenek sihir. Bisa jadi pasukan berkuda tadi adalah para pangeran yang berniat membebaskan sang putri."
Pangeran Zal termenung sejenak. Ia berpikir, mengapa dirinya tidak ikut serta membebaskan sang putri yang disekap nenek sihir?Â
"Pengawal! Besok kita berangkat masuk hutan!"
***
Esoknya, sembari berjalan beriringan, salah seorang dari pengawal melanjutkan bercerita.
"Arhaz adalah penyihir paling ditakuti di seantero negeri. Ia memiliki senjata ampuh berupa apel merah yang mengandung racun mematikan. Berabad-abad silam, ia pernah menyandera putri cantik yang akhirnya berhasil dibebaskan oleh seorang Pangeran.
Waktu itu Arhaz sempat mati suri akibat kutukan yang berbalik ke dirinya sendiri. Kutukan itu berbunyi; Saat cinta sejati datang dan ciuman Pangeran mendarat, maka kekuatan sihirmu akan minggat!"
Pangeran Zal menyimak kisah yang dituturkan oleh sang pengawal. Dalam hati ia membayangkan, kali ini dirinya-lah yang berhasil membebaskan sang putri yang disandera itu.
Tengah hari perjalanan mereka sampai juga di tengah hutan. Dan, Pangeran bersorak kegirangan ketika berpapasan dengan pasukan berkuda yang berbalik arah dengan tangan kosong.
Setelah menerobos semak dan belukar, mereka menemukan gubuk yang ditempati oleh penyihir Arhaz. Pangeran Zal sudah tidak sabar lagi ingin segera membebaskan sang putri yang konon tersandera itu.Â
Tanpa pikir panjang Pangeran Zal masuk menerobos ke dalam gubuk yang dipenuhi sarang laba-laba. Langkahnya pun berubah mindik-mindik ketika dilihatnya sesosok perempuan berambut panjang tertidur pulas di atas ranjang tua.Â
"Putri, aku datang untuk membebaskanmu." Bisik Pangeran begitu sampai di tepi ranjang. Ia lantas mendekatkan wajah dan perlahan memejamkan mata.