Seorang perempuan memencet bel rumah, sore itu, di waktu yang seharusnya kupergunakan untuk istirahat.
Perempuan itu memakai masker warna hitam, senada dengan gaun panjang yang dikenakannya. Kepalanya rapat tertutup kerudung.
Ketika aku membuka pintu dan hendak bertanya apa keperluannya, perempuan itu mendahului dengan mengatakan, "Hai, apa kabar doppelganger-ku?"
Doppelganger?
Aku membelakkan mata. Mengamati dengan saksama sosok perempuan yang berdiri di hadapanku itu, dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Seolah paham apa yang tengah kupikirkan, perempuan itu melepas masker yang menutupi sebagian wajahnya, dan itu sontak membuatku mundur beberapa langkah.
"Setelah mencarimu lebih dari seperempat abad, akhirnya kutemukan juga." Perempuan itu tersenyum lebar ke arahku. Ia lantas berjalan mendekat seraya merentangkan kedua tangan.
Kembali aku mundur beberapa langkah.
"Kau --- tidak suka bertemu denganku?" Perempuan itu menghentikan gerak kakinya. Rasa kecewa terpancar jelas dari sorot matanya yang redup.
Aku mengatur napas seraya menyandarkan punggung pada daun pintu. Bibirku terkatup rapat, tidak tahu harus berucap apa.
"Baiklah. Jika kau tidak menyukai kehadiranku, aku pamit pergi. Tapi aku yakin suatu hari nanti kau pasti akan merindukanku."